Thursday 21 February 2013

INI KETETAPAN ALLOH




Alasan pertama mengapa memberi itu penting adalah, tentu saja karena ini ketetapan ALLOH. Dalam Al-Qur'an ALLOH menetapkan, orang yang mudah memberi akan mendapatkan kemudahan, sebaliknya orang yang susah memberi akan mendapatkan kesusahan.

Maka adapun orang yang suka memberi dan bertaqwa
Dan membenarkan adanya pahala terbaik
Maka akan Kami mudahkan dia kepada jalan yang mudah
Dan ada pun orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup
Dan mendustakan adanya pahala terbaik
Maka akan Kami mudahkan dia ke jalan yang susah
(Al-Lail: 10)

Mudahlah memberi, maka hidup Anda mudah. Susahlah memberi, maka hidup Anda susah.
Itulah ketetapannya.
Kita mendapatkan kesusahan rezeki, bukan karena ALLOH ingin menghinakan kita, bukan karena Dia “tega” kepada kita. Semua itu terjadi, karena kita melanggar ketetapan ALLOH. Harta yang seharusnya kita infakkan di jalan-Nya, harta yang seharusnya kita gunakan untuk memuliakan anak yatim dan  memberi makan orang miskin, malah kita tahan-tahan, sayang-sayang, bahkan mencampurbaurkannya dengan harta yang haram.

Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezkinya, maka dia berkata :”Tuhanku menghinakan aku.”
Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya Kamu tidak memuliakan anak yatim
Dan Kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin
Dan Kamu memakan harta warisan dengan cara mencampur baurkan
Dan Kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan

Itulah ketetapan ALLOH.
Ketetapan ini tidak hanya berlaku bagi orang muslim, siapa pun orangnya, jika dia pandai memberi, maka selalu akan mendapatkan balasannya. Orang bijak menyebutnya “Hukum Tabur-Tuai”. Siapa menabur pasti akan menuai. Siapa menanam padi akan memanen padi, siapa menanam pisang pasti akan memanen....jagung. (Hehe..kebetulan dulunya menanam pisang sambil menanam jagung di sebelahnya. Karena jagung duluan matang, jadi panen jagung dulu).
Ketika seorang pemuda berjalan di tengah hutan, tiba-tiba dia mendengar jeritan seseorang yang minta tolong. Dia berusaha mendekati sumber suara itu, dan pemuda ini menemukan seorang pemuda juga yang sedang tenggelam di lumpur hisap, semakin dia bergerak semakin dalam dia ditelan lumpur itu. Pemuda pertama berusaha dengan susah payah menolongnya hingga akhirnya pemuda kedua ini dapat diselamatkan. Pemuda pertama memapah dia dan mengatarkan ke rumahnya.
Ternyata, rumah pemuda kedua ini sangat bagus, megah, dan indah. Orang tuanya pun kaya raya. Ayah pemuda ini sangat berterima kasih kepada si pemuda pertama, dan hendak memberikan sejumlah uang. Tapi  pemuda pertama menolaknya dengan alasan, sudah sewajarnya sesama manusia saling menolong. Pertolongannya benar-benar tulus, penolakannya pun bukan pura-pura tidak mau, dan dia benar-benar tidak menerimanya. Maka sejak kejadian itu, mereka menjalin persahabatan.
Si pemuda pertama adalah orang yang sangat miskin. Cita-citanya tinggi sekali ingin menjadi seorang dokter, namun tidak punya uang untuk membiayai sekolahnya. Untungnya ada orang yang murah hati, yaitu orang tua pemuda kedua yang ditolongnya. Dia pun mendapatkan beasiswa hingga berhasil meraih gelar dokter. Anda harus tahu siapa nama pemuda pertama ini. Dia adalah Alexander Fleming, yang kemudian menemukan penisilin dan menjadi terkenal berkat penemuannya itu.
Sedangkan pemuda kedua sahabatnya, yang anak bangsawan itu, masuk dinas militer dan menjadi tentara. Dalam sebuah tugas ke medan perang dia terluka parah, mengalami infeksi, dan merasakan demam hebat akibat infeksinya itu. Pada waktu itu belum ada obat untuk infeksi separah itu, tetapi para dokter mendengar penisilin yang ditemukan oleh Alexander Fleming, dan mereka mencoba menyuntikkan penisilin itu kepada si pemuda. Berangsung-angsur demam pemuda ini reda hingga akhirnya sembuh. Anda harus tahu, pemuda kedua ini adalah Winston Churchil, perdana menteri Inggris yang sangat terkenal itu.
Hukum yang ALLOH tetapkan jelas sekali berlaku dalam kisah ini. Fleming menolong Churchil dengan tulus, maka dia mendapatkan beasiswa dan lulus menjadi orang dokter. Ayah Churchil pun yang memberi beasiswa Fleming, mendapatkan kebahagiaan karena nyawa anaknya terselamatkan berkat penisilin hasil temuan Fleming.
Hanya ada jaminan keberuntungan bagi orang yang tulus memberi. Dan hanya ada jaminan kekecewaan bagi orang yang selalu ingin diberi. “Kebahagiaan tergantung pada apa yang dapat Anda berikan, bukan tergantung pada apa yang dapat Anda peroleh” kata Mohandas Gandhi.
Ketetapan itu tidak berubah. Bagi orang dulu, bagi orang sekarang, bagi orang nanti, begitulah ketetapannya.

........dan tidak akan kamu dapati perobahan bagi ketetapan Kami itu.” (Al-Israa: 77)


No comments:

Post a Comment