Alasan pertama mengapa memberi
itu penting adalah, tentu saja karena ini ketetapan ALLOH. Dalam Al-Qur'an
ALLOH menetapkan, orang yang mudah memberi akan mendapatkan kemudahan,
sebaliknya orang yang susah memberi akan mendapatkan kesusahan.
Maka adapun orang yang suka
memberi dan bertaqwa
Dan membenarkan adanya pahala terbaik
Maka akan Kami mudahkan dia
kepada jalan yang mudah
Dan ada pun orang yang bakhil dan
merasa dirinya cukup
Dan mendustakan adanya pahala terbaik
Maka akan Kami mudahkan dia ke
jalan yang susah
(Al-Lail: 10)
Mudahlah memberi, maka hidup
Anda mudah. Susahlah memberi, maka hidup Anda susah.
Itulah ketetapannya.
Kita
mendapatkan kesusahan rezeki, bukan karena ALLOH ingin menghinakan kita, bukan
karena Dia “tega” kepada kita. Semua itu terjadi, karena kita melanggar
ketetapan ALLOH. Harta yang seharusnya kita infakkan di jalan-Nya, harta yang
seharusnya kita gunakan untuk memuliakan anak yatim dan memberi makan orang miskin, malah kita
tahan-tahan, sayang-sayang, bahkan mencampurbaurkannya dengan harta yang haram.
Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu
membatasi rezkinya, maka dia berkata :”Tuhanku menghinakan aku.”
Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya Kamu
tidak memuliakan anak yatim
Dan Kamu tidak saling mengajak memberi makan
orang miskin
Dan Kamu memakan harta warisan dengan cara
mencampur baurkan
Dan Kamu mencintai harta benda dengan
kecintaan yang berlebihan
Itulah ketetapan ALLOH.
Ketetapan ini tidak hanya
berlaku bagi orang muslim, siapa pun orangnya, jika dia pandai memberi, maka
selalu akan mendapatkan balasannya. Orang bijak menyebutnya “Hukum Tabur-Tuai”.
Siapa menabur pasti akan menuai. Siapa menanam padi akan memanen padi, siapa
menanam pisang pasti akan memanen....jagung. (Hehe..kebetulan dulunya menanam
pisang sambil menanam jagung di sebelahnya. Karena jagung duluan matang, jadi
panen jagung dulu).
Ketika seorang pemuda berjalan
di tengah hutan, tiba-tiba dia mendengar jeritan seseorang yang minta tolong.
Dia berusaha mendekati sumber suara itu, dan pemuda ini menemukan seorang
pemuda juga yang sedang tenggelam di lumpur hisap, semakin dia bergerak semakin
dalam dia ditelan lumpur itu. Pemuda pertama berusaha dengan susah payah
menolongnya hingga akhirnya pemuda kedua ini dapat diselamatkan. Pemuda pertama
memapah dia dan mengatarkan ke rumahnya.
Ternyata, rumah pemuda kedua ini
sangat bagus, megah, dan indah. Orang tuanya pun kaya raya. Ayah pemuda ini
sangat berterima kasih kepada si pemuda pertama, dan hendak memberikan sejumlah
uang. Tapi pemuda pertama menolaknya
dengan alasan, sudah sewajarnya sesama manusia saling menolong. Pertolongannya
benar-benar tulus, penolakannya pun bukan pura-pura tidak mau, dan dia
benar-benar tidak menerimanya. Maka sejak kejadian itu, mereka menjalin
persahabatan.
Si pemuda pertama adalah orang
yang sangat miskin. Cita-citanya tinggi sekali ingin menjadi seorang dokter,
namun tidak punya uang untuk membiayai sekolahnya. Untungnya ada orang yang
murah hati, yaitu orang tua pemuda kedua yang ditolongnya. Dia pun mendapatkan
beasiswa hingga berhasil meraih gelar dokter. Anda harus tahu siapa nama pemuda
pertama ini. Dia adalah Alexander Fleming, yang kemudian menemukan penisilin
dan menjadi terkenal berkat penemuannya itu.
Sedangkan pemuda kedua
sahabatnya, yang anak bangsawan itu, masuk dinas militer dan menjadi tentara.
Dalam sebuah tugas ke medan perang dia terluka parah, mengalami infeksi, dan
merasakan demam hebat akibat infeksinya itu. Pada waktu itu belum ada obat
untuk infeksi separah itu, tetapi para dokter mendengar penisilin yang
ditemukan oleh Alexander Fleming, dan mereka mencoba menyuntikkan penisilin itu
kepada si pemuda. Berangsung-angsur demam pemuda ini reda hingga akhirnya
sembuh. Anda harus tahu, pemuda kedua ini adalah Winston Churchil, perdana
menteri Inggris yang sangat terkenal itu.
Hukum yang ALLOH tetapkan jelas
sekali berlaku dalam kisah ini. Fleming menolong Churchil dengan tulus, maka
dia mendapatkan beasiswa dan lulus menjadi orang dokter. Ayah Churchil pun yang
memberi beasiswa Fleming, mendapatkan kebahagiaan karena nyawa anaknya
terselamatkan berkat penisilin hasil temuan Fleming.
Hanya ada jaminan keberuntungan
bagi orang yang tulus memberi. Dan hanya ada jaminan kekecewaan bagi orang yang
selalu ingin diberi. “Kebahagiaan tergantung pada apa yang dapat Anda berikan,
bukan tergantung pada apa yang dapat Anda peroleh” kata Mohandas Gandhi.
Ketetapan itu tidak berubah. Bagi
orang dulu, bagi orang sekarang, bagi orang nanti, begitulah ketetapannya.
“........dan tidak akan kamu dapati perobahan
bagi ketetapan Kami itu.” (Al-Israa: 77)
No comments:
Post a Comment