Anda pernah mendengar lantunan
lagu ini:
Detik waktu, terus berjalan, berhias gelap
dan terang
Suka dan duka, tangis dan tawa tergores
bagai lukisan
Seribu mimpi berjuta sepi, hadir bagai teman
sejati
Diantara lelahnya jiwa, dalam resah dan air
mata
Kupersembahkan kepada-Mu yang terindah dalam
hidupku
Wuh, menurut saya lirik lagu itu
puitis sekali. Sungguh, benar-benar puitis. Apalagi pas sampai pada senandung
yang ini:
Meski ku rapuh dalam langkah, kadang tak
setia kepada-Mu
Namun cinta dalam jiwa, hanyalah pada-Mu
Maafkanlah, bila hati tak sempurna mencintai-Mu
Dalam dada kuharap hanya diri-Mu yang
bertahta....
Hoooo Hooo....
Oh, rasanya terharu banget
mengingat dosa-dosa saya sendiri.
Bagaimana dengan Anda, jadi
ingatkah dengan dosa Anda?
Apa? Tidak punya dosa?
Nyanyian itu dilantunkan Opick, seorang penyanyi religius yang
popularitasnya terus bertahan. Mulanya, pas waktu pertama kali melihatnya, hati
saya nyeletuk, Opick ini sepertinya hanya cari popularitas, meniru Aa Gym yang
ngetop dengan sorbannya. Terus dia pun niru nyanyi religius memakai sorban.
Wajahnya juga tidak seganteng para penyanyi ngetop lainnya. Begitulah pandangan
saya padanya dulu, namun melihat sampai kini, sampai popularitas Aa Gym turun,
Opick tetap eksis dan terus menciptakan lagu, saya mulai kagum. Kreativitasnya
tak pernah mati, dan nyaris setiap lagu barunya selalu menyuguhkan renungan
mendalam dengan nada syahdu nan indah. Banyak pembuat film jatuh cinta dengan sya’ir-sya’ir
Opick dan menjadikannya soundtrack film-film mereka. Opick sendiri sukses
membuat film religius berjudul Di Bawah
Langit dan film Asmaul Husna. Sungguh profil
seorang penyanyi sukses.
Rahasia di balik sukses dia adalah senang memberi. Opick senang sekali
bersedekah. Tak segan dia mengundang orang susah, orang miskin, dan anak-anak
yatim ke rumahnya. Dia ajak mereka duduk bersama, makan bersama dan saling
bertukar cerita. Dalam setiap konsernya di kota-kota, Opick selalu mewajibkan
panitia mengundang anak yatim. Opick ingin menyantuni sekaligus menghibur
mereka.
Di lingkungannya pun Opick terkenal orang yang paling peduli. Dia
bergaul dengan masyarakat, mendengarkan permasalahan mereka dan memberikan
solusi nyata. Dia mendirikan Majlis “Tombo Ati”, mengajak masyarakat mengaji
dan dzikir bersama di sana, dan memberikan modal kepada para pedagang kecil.
Opick ingin membantu mengembangkan usaha mereka.
Tak cukup hanya itu, Opick pun mendirikan Baitul Maal Al-Kautsar dengan
visi misi ingin menolong anak yatim, fakir miskin, dan siapa pun yang
membutuhkan pertolongannya. Donatur tetapnya dia sendiri. Dengan cara itu, dia
ingin melatih dirinya untuk cinta berbagi. Baitul Maal inilah yang membantu
mendanai masyarakat yang ingin mengembangkan usahanya, atau membantu yang ingin
mengembangkan usaha kecilnya. Setiap bulan, Baitul Maal ini pun membagi-bagian
beras kepada jemaah Tombo Ati dan kepada faqir miskin. Opick tidak ingin
kesenangan hidupnya hanya dia nikmati sendiri dan keluarganya. Dia pun ingin
orang lain menikmatinya. Sebab dia sadar, harta hanyala titipan. Saya yakin,
itulah rahasis suksesnya.
Memberi adalah rahasia sukses Opick dalam kariernya sebagai penyanyi. Begitulah
yang saya baca dari majalah alKisah
edisi 21 Agustus 2011.
Artis ngetop lain yang sukses karena sedekah adalah Sule. Uang hasil
manggungnya dia gunakan untuk membahagiakan keluarga dan kerabatnya. Dia
bahagiakan mereka dengan menempatkan mereka di rumah mewah yang selama ini
belum mereka rasakan. Dan karena itu, sampai sekarang, dia terus kreatif
sebagai komedian. Dalam sebulan, penghasilan dia mencapai satu milyar lebih.
Ada lagi presenter
kelas dunia, sampai sekarang dia masih memberi manfaat, namanya Oprah Winfrey.
Kalau Anda rajin baca buku, pasti tahu kepada wanita ini. Kulit hitam,
keriting, gemuk, tidak cantik, tapi sukses! Rahasia suksesnya ternyata juga
sama: senang memberi. Menurut situs yang beralamat di http://www.jpnn.com, Oprah Winfrey tercatat
sebagai selebriti paling dermawan di jagad hiburan Amerika. Lewat Oprah Winfrey
Foundation, selama 2010 setidaknya sudah menyebar sumbangan mencapai USD 41
juta, atau sekitar Rp 369 miliar dengan asumsi kurs per dolar Rp 9.000.
Di Kalibata, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, pernah terkenal seorang
ulama kharismatik bernama Habib Salim bin Thaha Al-Haddad. Masyarakat sangat
menyegani dan menyayanginya hingga akhir hayat beliau dan selalu mengenangnya
sebagai ulama yang tawadlu. Dia sukses sebagai seorang ulama dan tidak pernah
menjadi tercela, padahal seringkali ada ustadz yang terkenal pada awalnya namun
kemudian menjadi tercela karena terdesak kebutuhan ekonomi. Namun Habib Salim
tetap sejahtera dan bisa menjaga diri hingga akhir hayatnya. Dia sukses sebagai
ulama.
Dan sekali lagi, rahasia suksesnya adalah: Senang bersedekah. Dia
mempunyai kepekaan sosial yang sangat tinggi. Uang hasil usaha dari pabrik
batanya senang dia sedekahkan dan bagi-bagikan kepada orang-orang miskin.
Menurut beliau, menggunakan uang untuk memberi kepada orang-orang miskin lebih
baik daripada menggunakan uang itu untuk bolak-balik ke mekah. “Seandainya dia
mau menghabiskan hartanya untuk bersedekah dan membantu orang-orang yang sedang
membutuhkan bantuan, hal itu akan lebih bermanfaat dan lebih besar nilainya di
sisi ALLOH.”
No comments:
Post a Comment