Dulu, waktu kecil, saya sering
berpikir jika banyak uang itu menyenangkan. Namun setelah besar, dan mulai bisa
mencari uang, ternyata....pendapat itu benar juga. Bukan kata-kata saya, kalimat itu saya kutip dari buku 10 Wasiat Terlarang
karya Ipho Santosa. Lagi pula, sampai sekarag saya tidak bisa mencari uang.
Kalau saya pandai mencari uang, mana sempat nyantai nulis-nulis begini.
Mas Ipho bercanda, tapi benar
juga. Banyak uang memang menyenangkan.
Anda tahu Petualangan Sinbad?
Kalau itu kisah rekayasa, kemungkinan besar si pengarang adalah orang yang berambisi
besar menjadi kaya raya. Tapi karena dia tak bisa kaya, habis-habisan dia
curahkan hasratnya ke dalam cerita. Banyak orang suka cerita ini. Selain karena
tegangnya petualangan, juga, karena setiap akhir perjalanan, Sinbad selalu pulang
membawa tumpukan harta. Dugaan sementara mengapa cerita ini digandrungi banyak
orang, adalah, karena, mungkin, dengan membaca cerita ini, hasrat terpendam
jiwa mereka terwakili. Semua orang ingin kaya. Anda juga kan?
Jangan munafik lah! Memangnya
Anda mau jadi orang miskin? Atau, kalau Anda seorang wanita, maukah bersuami
lelaki miskin? yang
makan paginya satu sendok, dan makan sorenya setengah sendok?
Semua orang ingin kaya. Kekayaan adalah hasrat semua orang.
Alloh SWT berfirman:
”Dijadikan indah pada (pandangan) manusia
kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta
yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan
sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (surga).”(Ali Imran: 14)
Laluilah sebuah
perjalanan, lewati orang-orang dan perhatikan, betapa semua mereka, sebenarnya,
menghasratkan kekayaan. Sopir yang berkali-kali menyeka keringat dengan handuk,
kondektur yang teriak-teriak cari penumpang, para pedagang asong yang tak bosan
menawarkan tahu dan lontong, tanyakan kepada mereka, mengapa mereka melakukan
itu, tentu jawaban mereka sederhana, itu mereka lakukan demi sesuap nasi. Dan
jika ditanyakan kepada mereka, apakah mereka ingin kaya raya, sebagian pasti
menjawab ingin, namun sebagian, mungkin, akan menjawab “Ah, itu mimpi.” Ucapan
penuh rasa putus asa, namun lihatlah,
jelas sekali, kekayaan adalah impiannya.
Tanyakan
juga—ini kalau Anda mau—kepada para penumpang di mobil, yang muda yang tua,
yang cantik yang nenek-nenek, yang gagah yang sudah bungkuk, anak sekolahan dan
anak selokan, tanyakan kepada semuanya, apakah mereka ingin menjadi orang kaya?
Sangat jarang dari mereka yang menjawab “tidak”.
Katanya, ini
katanya, para ulama tidak begitu peduli dunia. Mereka punya ilmu zuhud, mereka
tidak ingin kaya. Kaya raya bukanlah dambaan mereka. Di mata mereka, dunia lebih
murah dari sayap nyamuk, harta kekayaan lebih hina dari bangkai. Mungkin saja ulama
seperti itu ada, tapi itu dulu. Adapun sekarang...sama saja seperti orang
biasa, mereka pun ingin kaya. Maklumlah, mereka juga kan orang biasa. Mereka berusaha
menjadi kaya, senang punya banyak uang, nyaman berkendaraan mewah, membangun
rumah megah, melengkapi rumahnya dengan TV, VCD, akuarium, lukisan-lukisan,
lemari-lemari berkilap, pakaian-pakaian gemerlap, bahkan, ada juga yang jadi
selebriti. Itu semua mereka lakukan, dengan alasan, demi kemuliaan agama, demi
wibawa, supaya jangan direndahkan orang, supaya agama ini dihargai.
Sudahlah. Tak
usah basa-basi. Jangan malu-malu, jujur sajalah, akui saja, menjadi orang kaya
memang menyenangkan. Masyarakat juga maklum kok, sifat alamiah manusia memang
menginginkan kekayaan. Itu bukanlah aib, itu tidak salah, itu sah-sah saja.
Kalau tidak percaya, silahkan tanya anak TK.
Seringkali saya
dengar, hingga orang tua yang umurnya tinggal semenit lagi pun, masih juga
pikirannya kepada kekayaan. Seringkali, orang tua di saat sakitnya, masih
memikirkan motor yang belum dimandikan, masih juga memikirkan sawah yang
kekeringan, masih juga nyebut-nyebut ayam di kandang, masih juga memikirkan
uang, masih juga memikirkan cincin dan gelang.
Uang, harta benda, kekayaan, adalah
hasrat kebanyakan orang. Tapi sialnya...mencapai kekayaan itu tidak mudah.
No comments:
Post a Comment