Seperti makanan, pakaian yang
kita butuhkan pun sebenarnya sedikit. Sekedar menutup aurat, sekedar hiasan
ibadah, sekedar ada ada ganti jika basah, selebihnya, pakaian hanyalah
kemegahan. Dari musim ke musim, mode pakaian terus berubah, dan orang-orang
yang tidak mau ketinggalan jaman terutama wanita selalu tertarik untuk
membelinya. Semakin lama pakaian semakin banyak, semakin tidak terpakai, lalu
menumpuk di lemari, lama-lama para kecoa masuk, membangun rumah tangga di sana,
punya anak, punya cucu, punya cicit, dan terus beranak-pinak, dan akibatnya,
pakaian jadi bau, bolong-bolong, dan terbuang.
Juga tempat tinggal, yang kita
butuhkan sebenarnya sedikit. Tak jauh dari sekolah saya, ada sebuah rumah besar
bertingkat dan megah. Kata orang, rumah itu milik seorang pengusaha. Namun
karena pengusaha itu tinggal di kota, rumah besar itu terabaikan. Maunya
mungkin dikontrakkan, tapi mana ada orang kampung berani ngontrak. Rumah
sebesar itu terlalu mahal. Rumah besar itu pun tak terpakai, mungkin memang
sudah jadi sarang dedemit.
Rumah kayu sudah dipandang
ketinggalan jaman. Dalam pembagian zakat, rumah kayu sering menjadi tolak ukur
kemiskinan seseorang. Padahal sebenarnya, rumah seperti itu paling aman dari
serangan gempa. Itu hasil rancangan kearifan orang tua jaman dulu. Rumah tembok
megah seperti gedung-gedung bertingkat, malah terasa kurang aman untuk jaman
sekarang yang sering gempa bumi ini. Buktinya pada gempa bumi Tasikmalaya, yang
terjadi tahun 2009, tercatat kebanyakan rumah-rumah temboklah yang mengalami
kerusakan parah, sedangkan rumah-rumah panggung seperti milik orang-orang
Baduy, yang berbahan kayu dan beratap rumbia, semuanya selamat tidak kurang
suatu apa. Menurut catatan pustaka, rumah-rumah kayu bisa tahan gempa hingga 10
skala richter. Bukan rumah megah, melainkan rumah sederhanalah yang layak orang
tinggali.
Kebutuhan makan kita sedikit,
kebutuhan pakaian kita sedikit, kebutuhan rumah kita sedikit. Sisanya hanya
kemegahan dan kemewahan, dan kebanyakan kemewahan itu tidak berguna. Jika kita
mau dengan senang hati meninggalkan kemewahan dan hiburan, pastilah banyak
sekali sisa dari kebutuhan kita.
Sabda Nabi Saw. :“Seorang hamba
akan berkata:’Hartaku, hartaku.’ Padahal yang menjadi miliknya hanya tiga hal
saja. Yaitu apa yang dimakan kemudian habis, apa yang dia pakai kemudian hancur
dan apa yang dia sedekahkan kemudian kekal dan yang selain itu maka akan hilang
dan ditinggalkan untuk manusia.” (HR. Muslim)
Sedikit. Kebutuhan manusia
sesungguhnya hanya sedikit. Dan karena itu banyak sekali keleebihan rezeki yang
sebenarnya tidak dia butuhkan, dan kelebihan itulah yang harus dia berikan
kepada orang lain. Allah memerintahkan manusia agar
menginfakkan apa saja yang melebihi keperluannya:
"Mereka bertanya kepadamu apa yang mereka
nafkahkan. Katakanlah, 'Yang lebih dari keperluan.' Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir." (Q.s.
al-Baqarah: 219).
Harun Yahya Menulis: “Manusia hanya memerlukan sedikit
saja untuk memenuhi keperluan hidupnya. Harta benda yang di luar keperluan
seseorang adalah harta yang berlebih.”
No comments:
Post a Comment