Thursday, 21 February 2013

KEBUTUHAN PAKAIAN DAN RUMAH PUN SEDIKIT



Seperti makanan, pakaian yang kita butuhkan pun sebenarnya sedikit. Sekedar menutup aurat, sekedar hiasan ibadah, sekedar ada ada ganti jika basah, selebihnya, pakaian hanyalah kemegahan. Dari musim ke musim, mode pakaian terus berubah, dan orang-orang yang tidak mau ketinggalan jaman terutama wanita selalu tertarik untuk membelinya. Semakin lama pakaian semakin banyak, semakin tidak terpakai, lalu menumpuk di lemari, lama-lama para kecoa masuk, membangun rumah tangga di sana, punya anak, punya cucu, punya cicit, dan terus beranak-pinak, dan akibatnya, pakaian jadi bau, bolong-bolong, dan terbuang.
Juga tempat tinggal, yang kita butuhkan sebenarnya sedikit. Tak jauh dari sekolah saya, ada sebuah rumah besar bertingkat dan megah. Kata orang, rumah itu milik seorang pengusaha. Namun karena pengusaha itu tinggal di kota, rumah besar itu terabaikan. Maunya mungkin dikontrakkan, tapi mana ada orang kampung berani ngontrak. Rumah sebesar itu terlalu mahal. Rumah besar itu pun tak terpakai, mungkin memang sudah jadi sarang dedemit.
Rumah kayu sudah dipandang ketinggalan jaman. Dalam pembagian zakat, rumah kayu sering menjadi tolak ukur kemiskinan seseorang. Padahal sebenarnya, rumah seperti itu paling aman dari serangan gempa. Itu hasil rancangan kearifan orang tua jaman dulu. Rumah tembok megah seperti gedung-gedung bertingkat, malah terasa kurang aman untuk jaman sekarang yang sering gempa bumi ini. Buktinya pada gempa bumi Tasikmalaya, yang terjadi tahun 2009, tercatat kebanyakan rumah-rumah temboklah yang mengalami kerusakan parah, sedangkan rumah-rumah panggung seperti milik orang-orang Baduy, yang berbahan kayu dan beratap rumbia, semuanya selamat tidak kurang suatu apa. Menurut catatan pustaka, rumah-rumah kayu bisa tahan gempa hingga 10 skala richter. Bukan rumah megah, melainkan rumah sederhanalah yang layak orang tinggali.
Kebutuhan makan kita sedikit, kebutuhan pakaian kita sedikit, kebutuhan rumah kita sedikit. Sisanya hanya kemegahan dan kemewahan, dan kebanyakan kemewahan itu tidak berguna. Jika kita mau dengan senang hati meninggalkan kemewahan dan hiburan, pastilah banyak sekali sisa dari kebutuhan kita.
Sabda Nabi Saw. :“Seorang hamba akan berkata:’Hartaku, hartaku.’ Padahal yang menjadi miliknya hanya tiga hal saja. Yaitu apa yang dimakan kemudian habis, apa yang dia pakai kemudian hancur dan apa yang dia sedekahkan kemudian kekal dan yang selain itu maka akan hilang dan ditinggalkan untuk manusia.” (HR. Muslim)
Sedikit. Kebutuhan manusia sesungguhnya hanya sedikit. Dan karena itu banyak sekali keleebihan rezeki yang sebenarnya tidak dia butuhkan, dan kelebihan itulah yang harus dia berikan kepada orang lain. Allah memerintahkan manusia agar menginfakkan apa saja yang melebihi keperluannya:
"Mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah, 'Yang lebih dari keperluan.' Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir."     (Q.s. al-Baqarah: 219).
Harun Yahya Menulis: “Manusia hanya memerlukan sedikit saja untuk memenuhi keperluan hidupnya. Harta benda yang di luar keperluan seseorang adalah harta yang berlebih.”

No comments:

Post a Comment