Ah, bagian ini
memang terkesan dipaksakan. Tapi saya rasa, tak ada salahnya bahasan ini saya
cantumkan. Setelah saya renungkan, kesenangan manusia merias diri memang banyak
berhubungan dengan bahasan mengapa memberi itu penting.
Memberi adalah
sarana kita merias diri. Jika kita senang merias diri, maka memberi akan
membuat diri kita tampak semakin indah. Tak peduli seburuk apapun rupanya,
sebodoh apapun otaknya, jika seseorang senang memberi, hati siapapun tak bisa
menolak untuk suka kepadanya.
Wanita selalu
ingin dirinya kelihatan cantik, laki-laki pun tentunya ingin dirinya terlihat
tampan. Sesungguhnya yang akan membuatnya semakin indah, memikat dan mempesona
adalah jika dirinya menjadi manusia yang senang memberi.
Kita perhatikan
fenomena orang-orang sekarang, tidak peduli usianya setua apa, mereka selalu
senang merias diri. Mungkin Anda pernah melihat nenek-nenek yang pipinya sudah
seperti kerupuk kulit, tapi ampun, dia masih suka memolesinya dengan bedak.
Bibir masih suka disapunya dengan lipstik, dan pakaiannya, masya ALLOH, tanpa
malu-malu, ikut-ikutan tren anak muda jaman sekarang, pake team-lo, pake leging,
lalu keluar rumah, lenggak-lenggok di tengah jalan, terus tertabrak mobil, haha.
Bukan hanya
nenek-nenek, tapi juga kakek-kakek. Sepulang dari pasar, ketika motor mendaki
gunung, saya berpapasan dengan seorang kakek-kakek yang ubannya sudah separo
rambutnya, tapi pakaiannya necis luar biasa. Celana panjang bersabuk dengan
kemeja dimasukkan. Rambut tersisir rapi gaya anak muda.
Perhatikan
suasana toko pakaian menjelang lebaran? Apakah yang datang hanya anak muda?
Tidak, nenek-nenek dan kakek-kakek pun ikut bersliweran di sana.
Saya sendiri,
padahal sudah bukan waktunya lagi gaya-gayaan, tapi masih saja senang membeli
pembersih muka. Dipakai pagi dan malam berharap wajah ini halus. Terkadang
jeruk nipis dibelah lalu dipoleskan ke wajah, ingin kulit wajah ini cerah dan
bebas dari jerawat. Padahal wajah yang sudah kepalang kasar ini sudah susah
diperbaiki. Hari ke hari saya lihat wajah ini di cermin, bukannya bertambah
tampan, melainkan bertambah tua. Mengecewakan!
Manusia memang
senang berdandan. Perhatikan apa yang rata-rata orang lakukan ketika lewat di
depan kaca? Dia menoleh ke kaca dan melihat dirinya. Seringkai tangannya tak
tahan terangkat membetulkan posisi rambut atau kerudungnya. Anda juga begitu
kan? Tak usah malu, semua orang ingin dirinya selalu menarik.
Sayangnya,
semakin lama, manusia bukannya semakin menarik, penampilannya malah semakin
rusak. Waktu terus menggerogoti kulit indahnya dan tak seorang pun bisa melawan
penyakit tua. Manusia mengalami penuaan. Kulit bukannya semakin kencang, tetapi
malah semakin keriput, badan bukannya semakin tegak, tetapi malah semakin
bungkuk. Orang yang ingin badannya tambah menarik adalah orang yang dungu. Dia
tidak bisa menerima kenyataan.
Tapi kenyataan
itu tak seharusnya membuat kita pesimis. Jika kita tak berdaya membuat wajahnya
semakin cantik, sesungguhnya kita masih bisa membuat prilaku dan hatinya
semakin indah. Bagian itulah, ya hanya bagian itulah yang bisa dia tingkatkan
keindahannya. Dan cara termudah, terbaik, dan terampuh menjadikan perilaku dan
jiwa mempesona adalah dengan membiasakan diri memberi. Dengan menjadi
pemberi—dengan cara itulah seseorang bisa dengan mudah mempercantik perilaku
dan hatinya. Saya punya sebuah kalimat mengesankan dari Yahya bin
Mu’adz: ”Kalbu itu menolak terhadap orang-orang yang dermawan kecuali
mencintainya, sekalipun mereka adalah orang-orang yang fasiq. Kalbu juga
menolak terhadap orang-orang yang kikir, kecuali membencinya, sekalipun mereka
adalah orang-orang yang taqwa.”
Karenanya,
ketika Anda punya uang dan ingin membeli bedak termahal, yang bisa membuat
wajah Anda seterang bintang timur, buanglah angan-angan kosong itu, lalu
ingatlah, sesungguhnya yang akan mempercantik Anda dan membuat diri Anda
mempesona hanyalah, jika uang itu Anda sedekahkan kepada orang lain, kepada
anak yatim dan orang-orang miskin.
Pandanglah wajah
Anda di cermin, dan lihatlah betapa mempesonanya seandainya sosok yang Anda
lihat itu senang memberi. Dalam perjalanan berangkat saya sekolah, untuk
mengajar, di jalan menurun berbatu-batu, di atas motor, saya lihat wajah saya
di spion. Tampak jelas pipi yang kasar dan bintik-bintik jerawat,
terguncang-gundang seperti mau hancur. Sungkan rasanya jika saya lihat jika
wajah itu milik orang yang hanya banyak gaya, namun tiba-tiba saya terpesona
saat mengandaikan wajah itu wajah orang bijaksana, murah hati dan tangannya.
Itulah beberapa
alasan mengapa penting bagi kita untuk memberi. Anda mengatakan basahan saya
banyak yang tidak nyambung, kemungkinan pendapat Anda benar. Tak masalah, bukan nyambung tidaknya yang terpenting. Yang
terpenting adalah Anda mengerti, BETAPA PENTINGNYA MEMBERI.
No comments:
Post a Comment