Thursday, 21 February 2013

KARENA KESENANGAN KITA MERIAS DIRI



Ah, bagian ini memang terkesan dipaksakan. Tapi saya rasa, tak ada salahnya bahasan ini saya cantumkan. Setelah saya renungkan, kesenangan manusia merias diri memang banyak berhubungan dengan bahasan mengapa memberi itu penting.
Memberi adalah sarana kita merias diri. Jika kita senang merias diri, maka memberi akan membuat diri kita tampak semakin indah. Tak peduli seburuk apapun rupanya, sebodoh apapun otaknya, jika seseorang senang memberi, hati siapapun tak bisa menolak untuk suka kepadanya.
Wanita selalu ingin dirinya kelihatan cantik, laki-laki pun tentunya ingin dirinya terlihat tampan. Sesungguhnya yang akan membuatnya semakin indah, memikat dan mempesona adalah jika dirinya menjadi manusia yang senang memberi.
Kita perhatikan fenomena orang-orang sekarang, tidak peduli usianya setua apa, mereka selalu senang merias diri. Mungkin Anda pernah melihat nenek-nenek yang pipinya sudah seperti kerupuk kulit, tapi ampun, dia masih suka memolesinya dengan bedak. Bibir masih suka disapunya dengan lipstik, dan pakaiannya, masya ALLOH, tanpa malu-malu, ikut-ikutan tren anak muda jaman sekarang, pake team-lo, pake leging, lalu keluar rumah, lenggak-lenggok di tengah jalan, terus tertabrak mobil, haha.
Bukan hanya nenek-nenek, tapi juga kakek-kakek. Sepulang dari pasar, ketika motor mendaki gunung, saya berpapasan dengan seorang kakek-kakek yang ubannya sudah separo rambutnya, tapi pakaiannya necis luar biasa. Celana panjang bersabuk dengan kemeja dimasukkan. Rambut tersisir rapi gaya anak muda.
Perhatikan suasana toko pakaian menjelang lebaran? Apakah yang datang hanya anak muda? Tidak, nenek-nenek dan kakek-kakek pun ikut bersliweran di sana.
Saya sendiri, padahal sudah bukan waktunya lagi gaya-gayaan, tapi masih saja senang membeli pembersih muka. Dipakai pagi dan malam berharap wajah ini halus. Terkadang jeruk nipis dibelah lalu dipoleskan ke wajah, ingin kulit wajah ini cerah dan bebas dari jerawat. Padahal wajah yang sudah kepalang kasar ini sudah susah diperbaiki. Hari ke hari saya lihat wajah ini di cermin, bukannya bertambah tampan, melainkan bertambah tua. Mengecewakan!
Manusia memang senang berdandan. Perhatikan apa yang rata-rata orang lakukan ketika lewat di depan kaca? Dia menoleh ke kaca dan melihat dirinya. Seringkai tangannya tak tahan terangkat membetulkan posisi rambut atau kerudungnya. Anda juga begitu kan? Tak usah malu, semua orang ingin dirinya selalu menarik.
Sayangnya, semakin lama, manusia bukannya semakin menarik, penampilannya malah semakin rusak. Waktu terus menggerogoti kulit indahnya dan tak seorang pun bisa melawan penyakit tua. Manusia mengalami penuaan. Kulit bukannya semakin kencang, tetapi malah semakin keriput, badan bukannya semakin tegak, tetapi malah semakin bungkuk. Orang yang ingin badannya tambah menarik adalah orang yang dungu. Dia tidak bisa menerima kenyataan.

Tapi kenyataan itu tak seharusnya membuat kita pesimis. Jika kita tak berdaya membuat wajahnya semakin cantik, sesungguhnya kita masih bisa membuat prilaku dan hatinya semakin indah. Bagian itulah, ya hanya bagian itulah yang bisa dia tingkatkan keindahannya. Dan cara termudah, terbaik, dan terampuh menjadikan perilaku dan jiwa mempesona adalah dengan membiasakan diri memberi. Dengan menjadi pemberi—dengan cara itulah seseorang bisa dengan mudah mempercantik perilaku dan hatinya. Saya punya sebuah kalimat mengesankan dari Yahya bin Mu’adz: ”Kalbu itu menolak terhadap orang-orang yang dermawan kecuali mencintainya, sekalipun mereka adalah orang-orang yang fasiq. Kalbu juga menolak terhadap orang-orang yang kikir, kecuali membencinya, sekalipun mereka adalah orang-orang yang taqwa.”
Karenanya, ketika Anda punya uang dan ingin membeli bedak termahal, yang bisa membuat wajah Anda seterang bintang timur, buanglah angan-angan kosong itu, lalu ingatlah, sesungguhnya yang akan mempercantik Anda dan membuat diri Anda mempesona hanyalah, jika uang itu Anda sedekahkan kepada orang lain, kepada anak yatim dan orang-orang miskin.
Pandanglah wajah Anda di cermin, dan lihatlah betapa mempesonanya seandainya sosok yang Anda lihat itu senang memberi. Dalam perjalanan berangkat saya sekolah, untuk mengajar, di jalan menurun berbatu-batu, di atas motor, saya lihat wajah saya di spion. Tampak jelas pipi yang kasar dan bintik-bintik jerawat, terguncang-gundang seperti mau hancur. Sungkan rasanya jika saya lihat jika wajah itu milik orang yang hanya banyak gaya, namun tiba-tiba saya terpesona saat mengandaikan wajah itu wajah orang bijaksana, murah hati dan tangannya.
Itulah beberapa alasan mengapa penting bagi kita untuk memberi. Anda mengatakan basahan saya banyak yang tidak nyambung, kemungkinan pendapat Anda benar. Tak masalah,  bukan nyambung tidaknya yang terpenting. Yang terpenting adalah Anda mengerti, BETAPA PENTINGNYA MEMBERI.

No comments:

Post a Comment