Thursday, 21 February 2013

TIDAK AKAN RUGI



Silahkan cari, usaha apa yang tidak terancam rugi?
Semua berpeluang rugi!
Jualan kue bisa rugi karena basi, bisnis baju  bisa rugi ketinggalan mode, bisnis pulsa rugi dihutang orang. Jualan bakso, jualan koran, jualan daging, jualan gorengan, jualan sayur, semuanya terancam rugi. Segala macam usaha berpeluang rugi.
Teman saya kerja di perusahaan telur. Setiap hari, berkotak-kotak telur harus dia muat di mobil dan ditawarkan ke pasar dan warung-warung. Yang jadi masalah, telur-telur itu seringkali pecah karena guncangan-guncangan sepanjang jalan. Tentu saja para pemilik toko dan kios di pasar tidak mau menerima telur pecah. Telur pecah itu mereka kembalikan kepada teman saya, namun ketika teman saya mengembalikannya kepada majikan dia, si majikan tidak mau menerima. Kata si majikan, pecahnya telur itu kesalahan teman saya, maka teman saya yang harus bertanggung jawab. Teman saya kecewa, akhirnya dia keluar kerja, kemudian mencoba usaha jual beli sayur, belanja dari perkampungan, kemudian dia antar ke pasar, menyimpannya di setiap kios, dan menerima uang pada keesokan harinya. Seringkali dia dapati sayurnya sudah membusuk, dan dia mengalami kerugian. Maka jual beli sayur dia hentikan, kemudian mencoba jual beli buah. Dengan modal uang satu juta, sekolbak rambutan dibawanya ke Pangandaran. Dua hari lewat, butiran-butiran rambutan lepas dari tangkainya dan membusuk. Pas pulang dia hitung uang, jangankan untung, yang ada malah rugi dua ratus ribu.
Kerja apa pun, usaha apa pun, jualan apa pun, semuanya beresiko rugi! Padahal, seperti penyakit, rugi paling ditakuti orang. Orang bisa marah, bisa stress, bahkan bisa gila jika usahanya rugi. Saya pernah bekerja di sebuah perusahaan dan mempunyai majikan yang, jika saya melakukan kesalahan—sedikit kesalahan saja—dia marah-marah. Oh, pedih rasanya hatiku ini. Ketika suatu sore saya menjatuhkan komputer tokonya sampai penyok, saya langsung kabur. Kalau majikan saya tahu, marahnya pasti dahsyat! Saya maklum, marahnya majikan saya karena dia tak mau rugi Dia sangat sayang pada usahanya! Dia khawatir tokonya bangkrut!
Itu sifat alami manusia. Semua orang juga begitu. Kalau usahanya rugi, sudah sewajarnya orang marah. Pernah di Amerika, terkenal seorang pengusaha minyak bumi bernama John D. Rockefeller. Dia mulai usaha sejak usia 21 tahun. Sejak itu, suasana hidupnya senantiasa tegang. Wajahnya selalu murung, jarang kelihatan gembira kecuali kalau usahanya untung. Kalau sedang untung, dia melemparkan topinya ke atas, lalu berjingkrak-jingkrak seperti manusia primitif. Suatu hari, dia mengirimkan barangnya dengan kapal melewati samudra, sementara dia sendiri, tetap diam di kantornya. Kemudian datang berita kepadanya, di samudra itu terjadi badai. Rockefeller kaget. Ketika karyawannya masuk ke ruang kerjanya, dia mendapati Rockefeller sudah terkapar di lantai. Terlalu sering tegang karena kerugian, rambut dan alis Rockefeler berguguran.
Banyak orang takut menjalankan usaha karena takut gagal. Motivator memberi semangat kepada mereka supaya jangan takut gagal. Kegagalan adalah tangga menuju kesuksesan, takut gagal adalah kegagalan itu sendiri, begitu kata para motivator. Menurut saya, takut gagal itu wajar-sajar saja. Sudah seharusnya orang takut gagal karena itu memang sifat alami manusia. ALLOH saja mengakuinya. Dalam Al-Qur'an surat Attaubah ayat 24 Alloh berfirman: “Dan bisnis yang senantiasa Anda khawatirkan kerugiannya.” Maka takut gagal ketika berusaha, menurut saya, itu ciri manusia sejati.
Bahkan menurut saya, takut gagal itu wajib. Seorang muslim wajib takut gagal. Masalahnya, kalau dia berani gagal, bisa-bisa nanti malah berani gagal dalam menjalani kehidupan dunia. kalau gagal dalam menjalani kehidupan dunia, itu namanya syu’ul khotimah! Na’udzubillah!
Anda harus takut gagal!
Jangan bodoh, jangan berani gagal!
Beranilah berhasil!
Jangan coba-coba bekerja, kalau Anda tahu pekerjaan itu bisa gagal!
Jangan coba-coba buka usaha, kalau Anda tak yakin usaha itu akan berhasil!
Jalanilah hanya usaha yang Anda yakini bakal untung.
“Usaha apa itu?” tanya Anda.
“Ah, kok masih nanya” jawab saya, “Saya repot ngomong sama Anda.”

BISNIS MEMBERI, itulah bisnis yang sudah TERJAMIN KEBERHASILANNYA.
Bisnis memberi, adalah bisnis yang pasti menguntungkan. Bisnis yang tidak terancam kerugian. Jika Anda senang memberi, Anda tidak akan rugi. Bukankah sejak Anda memberi, Anda sudah senang hati? Nah, itu pertanda jelas, keuntungan memberi benar-benar cepat.
Bukan saya yang menjamin, tapi Alloh.
Sesungguhnya orang-orang yang membaca Kitabullloh dan mendirikan shalat dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka dengan sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.”(35:29)

No comments:

Post a Comment