Silahkan cari, usaha apa yang
tidak terancam rugi?
Semua berpeluang rugi!
Jualan kue bisa rugi karena
basi, bisnis baju bisa rugi ketinggalan
mode, bisnis pulsa rugi dihutang orang. Jualan bakso, jualan koran, jualan
daging, jualan gorengan, jualan sayur, semuanya terancam rugi. Segala macam
usaha berpeluang rugi.
Teman saya kerja di perusahaan
telur. Setiap hari, berkotak-kotak telur harus dia muat di mobil dan ditawarkan
ke pasar dan warung-warung. Yang jadi masalah, telur-telur itu seringkali pecah
karena guncangan-guncangan sepanjang jalan. Tentu saja para pemilik toko dan
kios di pasar tidak mau menerima telur pecah. Telur pecah itu mereka kembalikan
kepada teman saya, namun ketika teman saya mengembalikannya kepada majikan dia,
si majikan tidak mau menerima. Kata si majikan, pecahnya telur itu kesalahan
teman saya, maka teman saya yang harus bertanggung jawab. Teman saya kecewa,
akhirnya dia keluar kerja, kemudian mencoba usaha jual beli sayur, belanja dari
perkampungan, kemudian dia antar ke pasar, menyimpannya di setiap kios, dan
menerima uang pada keesokan harinya. Seringkali dia dapati sayurnya sudah
membusuk, dan dia mengalami kerugian. Maka jual beli sayur dia hentikan,
kemudian mencoba jual beli buah. Dengan modal uang satu juta, sekolbak rambutan
dibawanya ke Pangandaran. Dua hari lewat, butiran-butiran rambutan lepas dari
tangkainya dan membusuk. Pas pulang dia hitung uang, jangankan untung, yang ada
malah rugi dua ratus ribu.
Kerja apa pun, usaha apa pun,
jualan apa pun, semuanya beresiko rugi! Padahal, seperti penyakit, rugi paling
ditakuti orang. Orang bisa marah, bisa stress, bahkan bisa gila jika usahanya
rugi. Saya pernah bekerja di sebuah perusahaan dan mempunyai majikan yang, jika
saya melakukan kesalahan—sedikit kesalahan saja—dia marah-marah. Oh, pedih
rasanya hatiku ini. Ketika suatu sore saya menjatuhkan komputer tokonya sampai
penyok, saya langsung kabur. Kalau majikan saya tahu, marahnya pasti dahsyat!
Saya maklum, marahnya majikan saya karena dia tak mau rugi Dia sangat sayang
pada usahanya! Dia khawatir tokonya bangkrut!
Itu sifat alami manusia. Semua
orang juga begitu. Kalau usahanya rugi, sudah sewajarnya orang marah. Pernah di
Amerika, terkenal seorang pengusaha minyak bumi bernama John D. Rockefeller.
Dia mulai usaha sejak usia 21 tahun. Sejak itu, suasana hidupnya senantiasa
tegang. Wajahnya selalu murung, jarang kelihatan gembira kecuali kalau usahanya
untung. Kalau sedang untung, dia melemparkan topinya ke atas, lalu
berjingkrak-jingkrak seperti manusia primitif. Suatu hari, dia mengirimkan
barangnya dengan kapal melewati samudra, sementara dia sendiri, tetap diam di
kantornya. Kemudian datang berita kepadanya, di samudra itu terjadi badai.
Rockefeller kaget. Ketika karyawannya masuk ke ruang kerjanya, dia mendapati
Rockefeller sudah terkapar di lantai. Terlalu sering tegang karena kerugian,
rambut dan alis Rockefeler berguguran.
Banyak orang takut menjalankan
usaha karena takut gagal. Motivator memberi semangat kepada mereka supaya
jangan takut gagal. Kegagalan adalah tangga menuju kesuksesan, takut gagal
adalah kegagalan itu sendiri, begitu kata para motivator. Menurut saya, takut
gagal itu wajar-sajar saja. Sudah seharusnya orang takut gagal karena itu
memang sifat alami manusia. ALLOH saja mengakuinya. Dalam Al-Qur'an surat
Attaubah ayat 24 Alloh berfirman: “Dan bisnis yang senantiasa Anda khawatirkan
kerugiannya.” Maka takut gagal ketika berusaha, menurut saya, itu ciri manusia
sejati.
Bahkan menurut saya, takut gagal
itu wajib. Seorang muslim wajib takut gagal. Masalahnya, kalau dia berani
gagal, bisa-bisa nanti malah berani gagal dalam menjalani kehidupan dunia.
kalau gagal dalam menjalani kehidupan dunia, itu namanya syu’ul khotimah!
Na’udzubillah!
Anda harus takut gagal!
Jangan bodoh, jangan berani
gagal!
Beranilah berhasil!
Jangan coba-coba bekerja, kalau Anda
tahu pekerjaan itu bisa gagal!
Jangan coba-coba buka usaha,
kalau Anda tak yakin usaha itu akan berhasil!
Jalanilah hanya usaha yang Anda
yakini bakal untung.
“Usaha apa itu?” tanya Anda.
“Ah, kok masih nanya” jawab
saya, “Saya repot ngomong sama Anda.”
BISNIS MEMBERI, itulah bisnis
yang sudah TERJAMIN KEBERHASILANNYA.
Bisnis memberi, adalah bisnis
yang pasti menguntungkan. Bisnis yang tidak terancam kerugian. Jika Anda senang
memberi, Anda tidak akan rugi. Bukankah sejak Anda memberi, Anda sudah senang
hati? Nah, itu pertanda jelas, keuntungan memberi benar-benar cepat.
Bukan saya yang menjamin, tapi
Alloh.
“Sesungguhnya orang-orang yang membaca Kitabullloh dan mendirikan shalat
dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka dengan
sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang
tidak akan merugi.”(35:29)
No comments:
Post a Comment