Thursday, 21 February 2013

MANUSIA DI SEKITAR KITA INI TEMPAT MEMBERI



Memberi menjadi penting karena, manusia di sekitar kita ini tempat memberi. Memandang manusia sebagai tempat memberi akan memperindah budi pekerti, sebaliknya memandang manusia sebagai tempat meminta, bukan hanya menjadikan kita hina, bahkan bisa merusak akidah. Sebab satu-satunya tempat manusia meminta hanyalah ALLOH.
Kebanyakan menusia ingin mendapatkan. Orang selalu berusaha mendapatkan tidak peduli berapapun harta yang dia miliki. Orang yang sudah mendapatkan banyak selalu berusaha mendapatkan lebih banyak lagi. Pemilik satu lembah harta berusaha menambahnya menjadi sua lembah, dan pemilik dua lembah harta berusaha menambahnya menjadi tiga lembah. Saya membuktikan ini ketika datang bantuan gempa beberapa waktu silam. Orang yang materinya sangat berkecukupan, yang tidak sepantasnya mendapatkan bantuan, malah dialah yang paling semangat mendapatkan bantuan itu. Di lingkungannya dia dipercaya sebagai ketua, di mana seharusnya lebih mementingkan masyarakatnya, tetapi malah mementingkan dirinya. Gembira sekali ketika dia mendapatkan bantuan itu, sementara tetangga dia yang rumahnya mengalami rusak parah, malah dia abaikan.
Sebaliknya, kebanyakan manusia sangat enggan memberi. Tidak peduli betapapun banyak hartanya, orang tidak suka jika hartanya berkurang. Ketika orang mendapatan uang sepuluh juta, ada rasa enggan di hatinya untuk memberi kepada orang lain walau seribu. Sebab sepuluh juta yang dikeluarkan seribu tidak lagi sepuluh juta namanya. Ingatlah, mereka sangat sayang kepada hartanya, marah jika hartanya berkurang, dan tidak suka jika ada orang lain mengambilnya. Lihatlah di sawah, padahal seekor burung pipit tak membutuhkan lebih dari segenggam tangan anak kecil untuk memenuhi temboloknya, tetapi petani pemilik sawah itu cepat-cepat mengusir, sebab tidak suka hasil panennya berkurang.
Orang yang membuka mata pada kenyataan ini bergaul dengan manusia dengan keinginan memberi. Mereka memperbanyak saudara karena ingin lebih banyak tempat memberi, mereka berusaha mengenal lebih banyak orang karena ingin lebih banyak memberikan pertolongan, dan dengan begitu mereka mendapatkan kebahagiaan dan kemuliaan. Sedangkan orang buta dari kenyataan ini akan bergaul dengan manusia dengan keinginan diberi. Dia memperbanyak saudara kerena ingin lebih banyak mendapatkan, mengenal lebih banyak orang karena ingin mendapatkan pertolongan, dan dengan begitu yang akan dia dapatkan hanya kekecewaan dan kehinaan.
Inginkanlah memberi, itulah cara terbaik bergaul dengan manusia, dan itulah cara paling masuk akal. Sebaliknya, inginkanlah diberi, itulah cara terburuk bergaul dengan manusia, dan itulah cara yang paling bodoh.
Terlalu banyak pengalaman memberikan pelajaran. Saya sering mengalaminya. Di sebuah perkampungan, ada seorang yang selalu baik kepada saya, biasa memberi, murah hati sekali, senang membantu. Namun suatu hari, ketika saya keluar kerja, datang ke rumahnya berharap diberi kamar tempat tinggal, dia tidak mau memberi.
Sungguh saya kecewa.
Di kesempatan lain, waktu itu Ramadhan, saya kemalaman di jalan. Berbuka puasa saya lakukan di warung saja, dengan bakwan, kue, dan air teh sekedarnya. Ketika itu saya lihat kakek pemilik warung membawa piring, menceduk nasi, kemudian membubuhkan lauk-pauk ke atas nasinya. Selama dia melakukan itu saya telah besar hati nasi itu akan diberikan kepada saya, eh, tak taunya, nasi itu dia makan sendiri.
Sungguh saya kecewa.
Bukan hanya saya. Banyak teman lain mengalaminya. Seperti dialami oleh teman saya yang seorang ustadz. Dia orang garut tapi mengembara tinggal di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Sudah kebiasaan di lingkungannya, jika mau menyembelih apapun selalu mempercayakan kepadanya. Nah, suatu hari, dia mendapatkan tugas menyembelih ayam sampai beberapa ekor. Karena biasanya, setelah menyembelih dia suka mendapatkan kiriman nasi dan daging, Pak Ustadz ini berkata kepada istrinya supaya tidak usah memasak saja. Namun kasihan sekali, ternyata ditunggu sampai sore, tak seorang pun mengirimkan makanan.
Betapa kecewanya dia.
Suatu sore, sambil menunggu hujan reda, saya terlibat percakapan akrab bersama taman saya ini, lalu di kami sama-sama sepakat, berharap diberi oleh orang, besar kemungkinan akan mendapatkan kekecewaan.
Cinta memberi itu penting, sebab kebanyakan orang lebih senang diberi dan kadang lupa untuk memberi.

No comments:

Post a Comment