“Semakin seseorang memanjakan perutnya dengan apa saja
yang dia sukai, semakin giat dia mengejar dunia. Semakin sering seseorang
melaparkan perutnya, semakin jarang dia mencari dunia.” Tulis majalah Al-Kisah.
Pernyataan itu saya pahami, semakin seseorang banyak melaparkan dirinya,
semakin mudah hatinya meniatkan setiap pekerjaannya untuk kebahagiaan di
akhirat, sebab dalam setip pekerjaannya, dengan mudah dia mengingat Alloh
dengan mengharap ridho-Nya.
Menjadi manusia pemberi ini kita jalankan sebagai tugas
dari Alloh dalam kekhalifahan kita di muka bumi. Dengan rasa lapar kita tetap
menyadari, apa yang kita lakukan ini didasari karena mencari ridho Alloh dan
bukan karena yang lainnya.
Lapar bisa meredam hawa nafsu. Di mana ini menjadi modal
seseorang bisa menikmati keindahan durga. “Dan adapun orang-orang yang menahan
diri dari keinginan nafsunya, maka surgalah tempat tinggalnya (79: 40-41).
Yahya bin Muadz Arrazi berkata: “ Seandainya kamu memohon syafaat melalui para
malaikat yang tinggal di tujuh lapis langit, 124 ribu nabi, semua kitab suci,
hikmah, dan para wali, supaya kamu bisa meninggalkan dunia dan menjalankan
ketaatan, mereka tidak akan memenuhi permintaanmu. Tetapi jika kamu memintanya
melalui rasa lapar, rasa lapar itu akan memenuhi permintaanmu, dan mendorongmu
kepada ketaatan.”
Rasa lapar punya daya yang sangat besar mendorong
seseorang melakukan ketaatan. Itu karena rasa lapar sanggup meredam nafsu
syahwat yang banyak membawa seseorang pada kedurhakaan dan lupa kepada Alloh.
Sahl bin Abdulloh Attustari berkata: ”Demi Alloh yang tidak ada Tuhan selain
Dia, orang-orang yang terbiasa melakukan apa yang dibenci oleh Alloh tidak akan
berubah menjadi orang-orang yang melakukan apa yang dicintai oleh Alloh,kecuali
dengan lapar. Manusia tidak akan menjadi manusia yang bena r kecuali dengan lapar.”
Sekelompok ahli ibadah ditanya: “Mengapa Alloh
memerintahkan para walinya untuk berlapar-lapar?”
Mereka menjawab: “Tidakkah kamu lihat bahwa ketika hewan
ternak tidak mau menuruti keinginan pemiliknya, yang dilakukan sang pemilik
(supaya hewan-hewan piarannya memenuhi keinginannya) adalah tidak memberi makan
kepada mereka. Sesungguhnya bila seorang hamba melaparkan dan mendahagakan
dirinya, Alloh Swt. Membanggakan hamba itu di hadapan para malaikat. Tidak ada
seorang hamba yang dibanggakan kecuali kelak di akhirat akan dimahkotai dengan
mahkota cahaya dan perhiasan dari yaqut merah dan kuning serta permata yang
sangat indah. Mereka juga membawa kendaraan dari zamrud nan hijau. Semua itu
oleh para malaikat dibawa ke makam orang-orang yang sewaktu di dunia suka
menahan lapar dan dahaga. Orang-orang kemudian dari kubur itu dinaikkan ke atas
kendaraan yang telah disediakan, dan mereka pergi menuju Alloh Swt.”
Suatu malam Nabi Isa melaparkan dirinya. Melihat itu iblis
menggodanya: “Mengapa kamu berlapar-lapar sedemikian itu? Maukah kamu kubawakan
makanan?”
Nabi Isya menjawab: “Kamu tahu bahwa sesungguhnya jika aku
berkata kepada gunung-gunung “jadilah kalian makanan atas ijin Alloh” mereka
pasti menjelma menjadi makanan. Kamu adalah musuhku dan hawa nafsumu adalah
mata-matamu yang ada padaku. Aku sedang melaparkan dan melemahkan mata-matamu,
sehingga dia tidak lagi mempunya kekuatan untuk menyampaikan berita tentang aku
kepadamu. Laparku sungguh membuatmu marah sekaligus lemah dan tidak ada yang
kuinginkan di dunia selain itu (kemarahan dan kelemahanmu)”
Ibrahim bin Adham bersyair:
Kulihat lapar mengalahkan godaan roti nan lezat
Dan rayuan sungai eufrat yang mengalir bening
Kulihat lapar mendorong orang untuk shalat
Kulihat kenyang mendorong orang untuk tidur berbaring
Rasululloh dan para shahabat adalah orang-orang yang
senang membiasakan dirinya lapar. Ali bin Abi Tahlib mengisahkan, suatu hari,
aku masuk ke rumah Rasululloh Saw dan kulihat beliau sedang bertelungkup di
atas tikar sambil menyembunyikan wajah. Tubuhnya terlihat lemas karena menahan
lapar. Ketika itu Rasululloh berdo’a: “Dengan lapar dan dahagaku, ampuilah
ummatku atas dosa-dosa mereka.”
Aisyah meriwayatkan: “Rasululloh dan para shahabatnya
biasa menahan lapar.”
Abu Hurairoh berkata: “Kamu lihat, aku merintih diantara
kuburan Nabi Saw da mimbar karena lapar, sampai-sampai orang bilah bahwa aku
ini gila. Aku bukan gila, melainkan lapar.”
Pernah suatu kali, ketika Rasululloh Saw mengimami shalat,
beberapa shahabat tidak sanggup berdiri karena lapar. Seusai shalay, Rasululloh
menoleh ke arah mereka dan bersabda: “Seandainya kalian tahu apa yang akan
kalian dapatkan di sisi Alloh (karena lapar kalian), niscaya kalian akan
menambah (lapar kalian).”
Rasululloh bersabda kepada Abu Dzar: “Sedikitlah makan dan
sediktlah bicara, kamu akan bersamaku di surga seperti dua jari ini.”
“Sesungguhnya orang yang paling dekat tempatnya denganku
diantara kalian pada hari kiamat adalah orang yang lapar, dahaga, dan
kesedihannya panjang di dunia.”
No comments:
Post a Comment