Thursday, 7 March 2013

KEBUTUHANNYA “DITANGGUNG” OLEH ALLOH



Dari Abu Hurairah ra: Bahwa Nabi saw. bersabda: Allah Taala berfirman: “Hai anak cucu Adam, berinfaklah kalian, maka Aku akan memberi ganti kepadamu. Rasulullah saw. bersabda: Anugerah Allah itu penuh dan deras.” (Shahih Muslim No.1658)
Bisnis memberi berarti menjalani hidup dengan lebih banyak memikirkan kepentingan orang lain. Tentang kepentingan sendiri, tak perlu dicemaskan lagi, sebab kepentingan sendiri, sudah “ditanggung” oleh Alloh.
Apa yang dipikirkan banyak pemuda menjelang saat-saat nikah? Biasanya mereka memikirkan rumah. Mau tinggal di mana nanti, bagaimana dia akan membangun rumah, dari mana uangnya, itulah yang mereka permasalahkan. Sebagian mereka siap tinggal di pondok mertua indah dengan segala resikonya, sebagian lagi berencana ngontrak, dan sebagian lagi, ada, yang menyiapkan diri membangun rumah sejak jauh hari. Sejak remaja dia pergi ke kota, masuk pabrik, kerja setiap hari, mengumpulkan uang, membeli bahan-bahan, kayu, pasir, genting, bata, beton, semen, dan setelah sekian tahun, barulah dia bisa membangun rumah.
Kalau Anda pemuda seperti itu Anda hebat!
Tapi saya paling malas bekerja keras.
Saya pikir, untuk punya rumah, tidak harus dengan jalan itu. Tanpa harus kerja keras, tanpa harus mengumpulkan bahan, jika Alloh berkehendak, saya bisa punya rumah. Seringkali saya jalan-jalan dan menemukan, di sepanjang tepian jalan, beberapa rumah kosong berdiri. Penghuni rumah entah ke mana, padahal rumah-rumah itu masih bagus. Tembok permanen, dan kalau dirawat, pastilah rumah itu cantik. Melihat itu saya merenung, pasti masih banyak sekali rumah kosong di seluas dunia ini. Jadi, mengapa saya harus pusing membangun rumah? Rumah yang ada saja banyak yang tidak terpakai.
Saatnya saya butuh rumah nanti, saya yakin saya bakal memilikinya. Dengan pertongan Alloh tentu saja. Saya percaya dengan keajaiban. Lebih baik uang sedikit ini saya infakkan, lebih baik saya titipkan uang ini kepada Alloh. saya berikan keapda anak-anak yatim, saya pakai untuk membahagiakan mereka, dan saya pakai membeli keperluan mengaji anak-anak. Tentang kebutuhan saya, biarlah Alloh mencukupinya.
Dan benar saja, sekarang, setelah saya berrumah tangga, pada saat saya membutuhkan, Alloh berikan saya sebuah rumah. Walau sederhana, namun laksana vila. Catnya cerah warna jeruk Mandarin, berdiri di tengah kabut pegunungan, dan seseorang selalu merawatnya: merawat peralatannya, membersihkannya setiap pagi, membayar iuran listriknya, dan menyambut saya setiap malam minggu liburan ke sana—dengan masakannya, dengan cintanya. Tahukah Anda siapa dia? Siapa lagi kalau bukan istri saya. Masa seorang geitsa?
Pentingkanlah dulu memberi. Tentang diberi, tenanglah, Alloh Maha Pemberi. Kebutuhanmu ditanggung oleh-Nya. Itulah keuntungan bisnis memberi.

No comments:

Post a Comment