Dari Abu Hurairah
ra: Bahwa Nabi saw. bersabda: Allah Taala berfirman: “Hai anak cucu Adam,
berinfaklah kalian, maka Aku akan memberi ganti kepadamu. Rasulullah saw.
bersabda: Anugerah Allah itu penuh dan deras.” (Shahih Muslim No.1658)
Bisnis memberi
berarti menjalani hidup dengan lebih banyak memikirkan kepentingan orang lain.
Tentang kepentingan sendiri, tak perlu dicemaskan lagi, sebab kepentingan
sendiri, sudah “ditanggung” oleh Alloh.
Apa yang
dipikirkan banyak pemuda menjelang saat-saat nikah? Biasanya mereka memikirkan
rumah. Mau tinggal di mana nanti, bagaimana dia akan membangun rumah, dari mana
uangnya, itulah yang mereka permasalahkan. Sebagian mereka siap tinggal di
pondok mertua indah dengan segala resikonya, sebagian lagi berencana ngontrak,
dan sebagian lagi, ada, yang menyiapkan diri membangun rumah sejak jauh hari.
Sejak remaja dia pergi ke kota, masuk pabrik, kerja setiap hari, mengumpulkan
uang, membeli bahan-bahan, kayu, pasir, genting, bata, beton, semen, dan
setelah sekian tahun, barulah dia bisa membangun rumah.
Kalau Anda pemuda
seperti itu Anda hebat!
Tapi saya paling
malas bekerja keras.
Saya pikir, untuk
punya rumah, tidak harus dengan jalan itu. Tanpa harus kerja keras, tanpa harus
mengumpulkan bahan, jika Alloh berkehendak, saya bisa punya rumah. Seringkali
saya jalan-jalan dan menemukan, di sepanjang tepian jalan, beberapa rumah
kosong berdiri. Penghuni rumah entah ke mana, padahal rumah-rumah itu masih
bagus. Tembok permanen, dan kalau dirawat, pastilah rumah itu cantik. Melihat
itu saya merenung, pasti masih banyak sekali rumah kosong di seluas dunia ini.
Jadi, mengapa saya harus pusing membangun rumah? Rumah yang ada saja banyak
yang tidak terpakai.
Saatnya saya butuh
rumah nanti, saya yakin saya bakal memilikinya. Dengan pertongan Alloh tentu
saja. Saya percaya dengan keajaiban. Lebih baik uang sedikit ini saya infakkan,
lebih baik saya titipkan uang ini kepada Alloh. saya berikan keapda anak-anak
yatim, saya pakai untuk membahagiakan mereka, dan saya pakai membeli keperluan
mengaji anak-anak. Tentang kebutuhan saya, biarlah Alloh mencukupinya.
Dan benar saja,
sekarang, setelah saya berrumah tangga, pada saat saya membutuhkan, Alloh
berikan saya sebuah rumah. Walau sederhana, namun laksana vila. Catnya cerah
warna jeruk Mandarin, berdiri di tengah kabut pegunungan, dan seseorang selalu
merawatnya: merawat peralatannya, membersihkannya setiap pagi, membayar iuran
listriknya, dan menyambut saya setiap malam minggu liburan ke sana—dengan
masakannya, dengan cintanya. Tahukah Anda siapa dia? Siapa lagi kalau bukan
istri saya. Masa seorang geitsa?
Pentingkanlah dulu
memberi. Tentang diberi, tenanglah, Alloh Maha Pemberi. Kebutuhanmu ditanggung
oleh-Nya. Itulah keuntungan bisnis memberi.
No comments:
Post a Comment