Alasan
terakhir mengapa kebanyakan orang hidup miskin adalah, karena rizki mereka
gunakan untuk berbuat dosa. Mereka diberi rezeki berupa waktu, tapi waktu
mereka gunakan untuk berbuat dosa. Mereka mendapatkan rezeki berupa ilmu, tapi
ilmu mereka gunakan untuk berbuat dosa. Mereka mendapat rezeki berupa uang,
tapi mereka gunakan uang itu untuk berbuat dosa.
Mereka
gunakan waktu mereka untuk menonton film yang membuat dosa mata, mereka gunakan
ilmu mereka untuk menipu orang lain, dan mereka gunakan uang mereka untuk
membeli rokok, meracuni diri sendiri, dan meracuni orang lain.
Banyak
orang punya pengetahuan, dan pengetahuannya itu mereka gunakan untuk berbuat
kerusakan. Kita perhatikan, ada orang yang begitu kurang kerjaan membuat virus
komputer. Virus itu sengaja dia buat, kemudian dia sebarkan lewat internet,
masuk ke komputer orang lain mengganggu komputer orang lain. Virus-virus ini
membuat komputer jadi telat, mati sendiri, panah kursor susah digerakkan, dan
hardisk tiba-tiba menjadi penuh tanpa tahu sebabnya.
Apa
yang membuat mereka begitu jahat membuat virus? Kata Antonius Alfons Tanujaya,
direktu PT. Vaksin.Com, ada beberapa tujuan mereka membuat virus, antara lain,
pertama, karena ingin pamer kepandaian, dia ingin seluruh dunia tahu bahwa
dirinya pintar. Kedua, karena iseng, dan yang ketiga, untuk promosi, seperti C
Brain yang mempromosikan toko miliknya di Pakistan. Apapun alasannya, apapun
tujuannya, para pembuat virus itu tetaplah perusak. Orang yang sudah begitu
ahli di bidang pembuatan virus itu, dan telah menikmati dunianya, apalagi jika
sudah menghasilkan uang, akan sangat sulit meninggalkan kebiasaannya itu. Dia
tidak bisa keluar, seperti tidak bisa keluarnya bintang film dari dalam
televisi. Dan jadilah peran dia dalam kehidupan ini sebagai perusak.
“Mereka mengadakan
kerusakan di muka bumi...”
Dengan
rizki pengetahuan komputer yang Alloh berikan, seharusnya mereka berbuat
kebaikan, kemaslahatan, seharusnya dia membuat sesuatu yang berguna, yang
membuat orang lain hidup lebih mudah, tercukupi kebutuhan, dan selamat. Tapi
ini malah sebaliknya, menggunakan ilmunya untuk berbuat kerusakan.
Para
pembuat virus itu, pasti bukan orang sembarangan. Tidak mungkin mereka bisa
membuat virus kalau mereka tidak ahli di bidang pemrograman komputer. Namun
kepandaiannya itu mereka jadikan alat untuk merusak, ilmunya mereka gunakan
untuk mengganggu orang lain. Bukannya memberi kemanfaatan, malah mereka gunakan
untuk memberi kemadaratan.
Mereka
merusak orang lain, tapi sebenarnya yang mereka hanya merusak diri mereka
sendiri. Kerusakan yang mereka perbuat, tidak akan kembali kecuali kepada
dirinya. Penanam padi menuai padi, penanam timun menuai timun.
Begitulah
dalam hal uang, mengapa kebanyakan orang menjadi miskin, keuangan mereka
gunakan untuk merusak. Uang mereka gunakan untuk merusak dirinya, merusak orang
lain, dan merusak dunia. Antara lain para perokok. Saya tak habis pikir,
bagaimana mereka kuat mengisap rokok, padahal saya, jangankan mengisap, dari
kejauhan saja datang baunya, tenggorokan ini sudah gatal. Tapi di mana-mana,
banyak sekali saya melihat orang merokok.
Banyak
orang menjadikan merokok sebagai gaya hidup. Bahkan banyak pemimpin agama yang
mempunyai kitab kuning yang bertumpuk, pesantren besar dan dakwah-dakwah
menjadikan merokok gaya hidupnya. Bahkan tidak cukup menjadi perokok, mereka
pun seakan mendakwahkan merokok kepada ummatnya, mereka kemukakan dalil-dalil
hebat tentang baiknya rokok, dari Al-Qur'an, dari Al-Hadits, dan mereka bantah
orang-orang yang mengharamkan rokok. Mata dan hati mereka sepertinya buta dari
kenyataan, betapa merusaknya rokok, bertapa bahayanya rokok, dan betapa banyaknya
penyakit mematikan akibat rokok. Sepertinya mereka tidak peduli bahwa merokok
itu termasuk membuang-buang harta, sama sekali mereka tak peduli rokoknya
membahayakan dan mengganggu orang lain. Ironis dan sungguh mengerikan, ilmu
bukannya mereka gunakan untuk memperbaiki dirinya dan ummat, ilmu malah mereka
gunakan untuk merusak dirinya dan ummat.
Pagi,
1 November 2011 saya menyalakan TV, dan langsung saya saksikan berita lucu. Ada
orang yang begitu kurang kerjaan membuat petasan raksasa. Diameter 50 cm,
tinggi 80 cm, dengan bahan petasan seberat 25 kilogram. Petasan itu disiapkan
untuk perayaan malam takbiran Iedul Adha. Eh, tak tahunya, petasan itu meledak
di dalam rumah. Rumah pun hancur, dan si pembuat petasan, ikut pula hancur. Di
TV, Saya melihatnya terbaring dengan tubuh penuh balutan perban. Dia yang bikin
petasan, dia juga yang jadi korban. Bayangkan, petasan sebesar kelingking saja,
suaranya sudah memekakkan telinga, mana pula Ini lebih besar dari ember bekas
cat tembok, tak kebayang begaimana kerasnya.
Mereka
menjadi miskin dan susah, karena kekayaan mereka belanjakan untuk berbuat
kerusakan.
No comments:
Post a Comment