Thursday 7 March 2013

BAHKAN, MEREKA MENGGUNAKAN REZEKI UNTUK BERBUAT KERUSAKAN



Alasan terakhir mengapa kebanyakan orang hidup miskin adalah, karena rizki mereka gunakan untuk berbuat dosa. Mereka diberi rezeki berupa waktu, tapi waktu mereka gunakan untuk berbuat dosa. Mereka mendapatkan rezeki berupa ilmu, tapi ilmu mereka gunakan untuk berbuat dosa. Mereka mendapat rezeki berupa uang, tapi mereka gunakan uang itu untuk berbuat dosa.
Mereka gunakan waktu mereka untuk menonton film yang membuat dosa mata, mereka gunakan ilmu mereka untuk menipu orang lain, dan mereka gunakan uang mereka untuk membeli rokok, meracuni diri sendiri, dan meracuni orang lain.
Banyak orang punya pengetahuan, dan pengetahuannya itu mereka gunakan untuk berbuat kerusakan. Kita perhatikan, ada orang yang begitu kurang kerjaan membuat virus komputer. Virus itu sengaja dia buat, kemudian dia sebarkan lewat internet, masuk ke komputer orang lain mengganggu komputer orang lain. Virus-virus ini membuat komputer jadi telat, mati sendiri, panah kursor susah digerakkan, dan hardisk tiba-tiba menjadi penuh tanpa tahu sebabnya.
Apa yang membuat mereka begitu jahat membuat virus? Kata Antonius Alfons Tanujaya, direktu PT. Vaksin.Com, ada beberapa tujuan mereka membuat virus, antara lain, pertama, karena ingin pamer kepandaian, dia ingin seluruh dunia tahu bahwa dirinya pintar. Kedua, karena iseng, dan yang ketiga, untuk promosi, seperti C Brain yang mempromosikan toko miliknya di Pakistan. Apapun alasannya, apapun tujuannya, para pembuat virus itu tetaplah perusak. Orang yang sudah begitu ahli di bidang pembuatan virus itu, dan telah menikmati dunianya, apalagi jika sudah menghasilkan uang, akan sangat sulit meninggalkan kebiasaannya itu. Dia tidak bisa keluar, seperti tidak bisa keluarnya bintang film dari dalam televisi. Dan jadilah peran dia dalam kehidupan ini sebagai perusak.
“Mereka mengadakan kerusakan di muka bumi...”
Dengan rizki pengetahuan komputer yang Alloh berikan, seharusnya mereka berbuat kebaikan, kemaslahatan, seharusnya dia membuat sesuatu yang berguna, yang membuat orang lain hidup lebih mudah, tercukupi kebutuhan, dan selamat. Tapi ini malah sebaliknya, menggunakan ilmunya untuk berbuat kerusakan.
Para pembuat virus itu, pasti bukan orang sembarangan. Tidak mungkin mereka bisa membuat virus kalau mereka tidak ahli di bidang pemrograman komputer. Namun kepandaiannya itu mereka jadikan alat untuk merusak, ilmunya mereka gunakan untuk mengganggu orang lain. Bukannya memberi kemanfaatan, malah mereka gunakan untuk memberi kemadaratan.
Mereka merusak orang lain, tapi sebenarnya yang mereka hanya merusak diri mereka sendiri. Kerusakan yang mereka perbuat, tidak akan kembali kecuali kepada dirinya. Penanam padi menuai padi, penanam timun menuai timun.
Begitulah dalam hal uang, mengapa kebanyakan orang menjadi miskin, keuangan mereka gunakan untuk merusak. Uang mereka gunakan untuk merusak dirinya, merusak orang lain, dan merusak dunia. Antara lain para perokok. Saya tak habis pikir, bagaimana mereka kuat mengisap rokok, padahal saya, jangankan mengisap, dari kejauhan saja datang baunya, tenggorokan ini sudah gatal. Tapi di mana-mana, banyak sekali saya melihat orang merokok.
Banyak orang menjadikan merokok sebagai gaya hidup. Bahkan banyak pemimpin agama yang mempunyai kitab kuning yang bertumpuk, pesantren besar dan dakwah-dakwah menjadikan merokok gaya hidupnya. Bahkan tidak cukup menjadi perokok, mereka pun seakan mendakwahkan merokok kepada ummatnya, mereka kemukakan dalil-dalil hebat tentang baiknya rokok, dari Al-Qur'an, dari Al-Hadits, dan mereka bantah orang-orang yang mengharamkan rokok. Mata dan hati mereka sepertinya buta dari kenyataan, betapa merusaknya rokok, bertapa bahayanya rokok, dan betapa banyaknya penyakit mematikan akibat rokok. Sepertinya mereka tidak peduli bahwa merokok itu termasuk membuang-buang harta, sama sekali mereka tak peduli rokoknya membahayakan dan mengganggu orang lain. Ironis dan sungguh mengerikan, ilmu bukannya mereka gunakan untuk memperbaiki dirinya dan ummat, ilmu malah mereka gunakan untuk merusak dirinya dan ummat.
Pagi, 1 November 2011 saya menyalakan TV, dan langsung saya saksikan berita lucu. Ada orang yang begitu kurang kerjaan membuat petasan raksasa. Diameter 50 cm, tinggi 80 cm, dengan bahan petasan seberat 25 kilogram. Petasan itu disiapkan untuk perayaan malam takbiran Iedul Adha. Eh, tak tahunya, petasan itu meledak di dalam rumah. Rumah pun hancur, dan si pembuat petasan, ikut pula hancur. Di TV, Saya melihatnya terbaring dengan tubuh penuh balutan perban. Dia yang bikin petasan, dia juga yang jadi korban. Bayangkan, petasan sebesar kelingking saja, suaranya sudah memekakkan telinga, mana pula Ini lebih besar dari ember bekas cat tembok, tak kebayang begaimana kerasnya.
Mereka menjadi miskin dan susah, karena kekayaan mereka belanjakan untuk berbuat kerusakan.

No comments:

Post a Comment