Sejenak,
mari kita mengembara ke masa lalu, kemudian berhenti, dan singgah di kehidupan
Nabi. Kita dengar apa nasihat beliau tentang memberi, dan kita saksikan,
bagaimana kecintaannya terhadap memberi. Siapkanlaha diri Anda dan tenanglah,
Anda berada di tengah manusia terbaik sepanjang zaman.
“Sesungguhnya
Allah baik dan menyukai kebaikan, bersih dan menyukai kebersihan, murah hati
dan senang kepada kemurahan hati, dermawan dan senang kepada kedermawanan.
Karena itu bersihkanlah halaman rumahmu dan jangan meniru-niru orang-orang
Yahudi.” (HR. Tirmidzi)
“Dari Nabi
saw. beliau bersabda: Orang yang membiayai para janda dan orang miskin itu
bagaikan seorang pejuang di jalan Allah. Aku mengira beliau menambahkan: Dan
bagaikan orang yang selalu menjalankan salat malam tanpa henti atau bagaikan
orang yang selalu berpuasa tanpa berbuka.” (Shahih Muslim No.5295)
Pada suatu
hari Nabi Saw. duduk di atas mimbar dan kami duduk di sekelilingnya. Beliau
bersabda, "Sesungguhnya sebagian dari sesuatu yang aku takutkan atasmu
sesudahku adalah dibukanya untuk kamu sebagian dari berkah bumi oleh Allah.”
Seseorang bertanya: “Apakah berkah bumi itu?” Beliau menjawab, “Bunga-bunga dan
perhiasan dunia.” kemudian seseorang bertanya: “Apakah kebaikan membawa
keburukan?” Mendapatkan pertanyaan itu Nabi terdiam. Cukup lama dia terdiam,
hingga keringat mengalir di pelipisnya, dan barulah dia menjelaskan, bahwa
dunia ini hijau dan indah, akan tetapi pada kebaikannya ada sesuatu yang bisa
memudaratkan. Kata Nabi, sebagian dari yang tumbuh di musim semi ada yang
membahayakan orang yang memakannya. Saya—penulis yakin—beliau mengatakan itu
untuk menjelaskan, bahwa harta yang pada awalnya bisa membawa kebaikan, jika
salah dalam mencari dan membelanjakannya, bisa membawa kemudaratan. Makanya,
kemudian beliau bersabda: “Sebaik-baik milik orang muslim adalah bagi orang
yang memperolehnya dengan benar, yang dapat diberikan kepada orang-orang
miskin, anak yatim, dan ibnu sabil (orang yang dalam perjalanan).” (Hadits ini
begitu panjang. Supaya lebih mudah dimengerti, saya—penulis—melakukan
pemotongan sebagiannya dan beberapa penambahan. Bagi Anda yang ingin membaca
hadts ini selengkapnya, silahkan baca Hadits Bukhari no. 727)
Apabila
Allah menghendaki kebaikan bagi suatu kaum maka dijadikan pemimpin-pemimpin
mereka orang-orang yang bijaksana dan dijadikan ulama-ulama mereka menangani
hukum dan peradilan. Juga Allah jadikan harta-benda di tangan orang-orang yang dermawan.
Namun, jika Allah menghendaki keburukan bagi suatu kaum maka Dia menjadikan
pemimpin-pemimpin mereka orang-orang yang berakhlak rendah. DijadikanNya
orang-orang dungu yang menangani hukum dan peradilan, dan harta berada di
tangan orang-orang kikir. (HR. Ad-Dailami)
Rasulullah
saw. adalah orang yang paling dermawan dalam hal kebaikan. Beliau lebih dermawan
lagi pada bulan Ramadan. Sesungguhnya malaikat Jibril as. bertemu dengan beliau
setiap tahun pada bulan Ramadan sampai selesai. Rasulullah saw. membaca Alquran
di hadapannya. Saat Rasulullah saw. bertemu dengan malaikat Jibril, maka beliau
adalah orang yang paling dermawan dalam hal kebaikan melebihi angin yang
berhembus. (Shahih Muslim No.4268)
Rasulullah
saw. adalah orang yang paling berbudi tinggi, dermawan dan pemberani.....
(Shahih Muslim No.4266)
Pernah
sebelas orang wanita duduk berkumpul saling berjanji dan bersepakat untuk tidak
menutup-nutupi keadaan suami-suami mereka. Wanita pertama mengatakan: Suamiku
seperti daging unta yang kurus berada di puncak gunung yang sukar didaki, tidak
datar sehingga mudah dilalui dan tidak juga gemuk sehingga dapat
dipindah-pindahkan. Wanita kedua mengatakan: Suamiku, aku terpaksa tidak dapat
menuturkan mengenai keadaannya karena aku khawatir tidak dapat meninggalkannya.
Jika aku menyebutkan sama halnya aku mengungkapkan rahasia aibnya. Wanita
ketiga mengatakan: Suamiku berperawakan tinggi sekali. Jika aku berbicara maka
aku akan diceraikannya dan jika aku diam aku pun akan dibiarkannya tanpa
dicerai dan dikawinkan (muallaqah). Wanita keempat mengatakan: Suamiku seperti
suasana malam di wilayah Tihamah, tidak panas dan tidak juga terlalu dingin,
tidak menakutkan dan tidak juga membosankan. Wanita kelima mengatakan: Suamiku
apabila sudah memasuki rumah, maka dia langsung tertidur nyenyak dan apabila
keluar rumah dia seperti seekor singa tanpa menanyakan sesuatu apapun yang
bukan termasuk urusannya. Wanita keenam mengatakan: Suamiku apabila makan, maka
ia makan banyak sekali dengan bermacam jenis lauk dan jika minum maka semua
sisa minuman akan diteguknya. Dan jika tidur dia akan berselimut tanpa
mendekati diriku sehingga ia dapat merasakan nikmatnya kebersamaan. Wanita
ketujuh mengatakan: Suamiku adalah orang yang tidak mengetahui kepentingan
dirinya atau lemah syahwat serta tergagap-gagap bicaranya, setiap obat yang
diminum tidak dapat menyembuhkan. Di samping itu dia juga orang yang mudah
melukai dan memukul. Wanita kedelapan mengatakan: Suamiku beraroma wangi
seperti zarnab dan sentuhannya selembut sentuhan seekor kelinci. Wanita
kesembilan mengatakan: Suamiku adalah seorang terhormat, berpostur tinggi dan
sangat dermawan, berumah dekat dengan tempat pertemuan. Wanita kesepuluh
mengatakan: Suamiku adalah seorang pemilik unta yang banyak yang selalu
menderum dan jarang sekali bergembala di padang rumput. Unta-unta tersebut jika
mendengar suara alat musik kecapi, mereka merasa bahwa sebentar lagi mereka
akan disembelih. Dan wanita yang kesebelas mengatakan: Suamiku bernama Abu
Zara`. Tahukah kamu siapakah Abu Zara`? Dialah yang memberiku perhiasan
anting-anting dan memberiku makan sehingga aku kelihatan gemuk dan selalu
membuatku gembira sehingga aku merasa senang. Dia mendapati diriku dari
keluarga tidak mampu yang tinggal di lereng bukit lalu mengajakku tinggal di
daerah peternakan kuda dan unta dan dia juga seorang petani. Aku tidak pernah
dicela bila berbicara di sisinya dan bila tidur aku dapat tidur dengan nyenyak
sampai pagi. Dan bila minum aku dapat minum sampai puas. Lalu Ummu Abu Zara`,
tahukah kamu siapakah Ummu Abu Zara`? Dia memiliki kantong-kantong bahan
makanan yang besar-besar dan rumahnya sangat luas. Ibnu Abu Zara`, tahukah kamu
siapakah Ibnu Abu Zara`? Dia memiliki tempat tidur laksana pedang yang dicabut
dari sarungnya. Dia sudah merasa kenyang dengan hanya memakan sebelah kaki
seekor anak kambing. Putri Abu Zara`, tahukah kamu siapakah putri Abu Zara`
itu? Ia adalah seorang yang amat patuh terhadap kedua orang tuanya. Tubuhnya
gemuk dan suka menimbulkan rasa iri tetangganya. Budak perempuan Abu Zara`,
tahukah kamu siapakah budak perempuan Abu Zara`? Ia tidak pernah menyebarkan
rahasia pembicaraan kami dan tidak menyia-nyiakan persediaan makanan kami serta
tidak pernah mengotori rumah kami seperti sarang burung. Ia (sang istri)
melanjutkan: Suatu hari Abu Zara` keluar dengan membawa bejana-bejana susu yang
akan dijadikan mentega lalu bertemu dengan seorang wanita bersama kedua anaknya
yang seperti dua ekor anak singa bermain dengan dua buah delima di bawah
pinggang ibunya. Setelah itu aku diceraikannya demi untuk menikahi wanita
tersebut. Lalu aku menikah lagi dengan seorang lelaki terhormat serta dermawan.
Ia menunggangi seekor kuda yang sangat cepat larinya sambil membawa sebatang
tombak dan memperlihatkan kepadaku kandang ternak yang penuh dengan unta, sapi
dan kambing serta memberikanku sepasang dari setiap jenis binatang ternak
tersebut. Dia berkata: Makanlah wahai Ummu Zara` dan bawalah untuk keluargamu.
Kalau kukumpulkan semua pemberiannya pasti tidak akan mencapai harga tempat
minum paling kecil milik Abu Zarra`. Aisyah berkata: Rasulullah saw. bersabda
kepadaku: Aku terhadapmu adalah seperti Abu Zara` terhadap Ummu Zara`. (Shahih
Muslim No.4481)
Abu Sa'id
al-Khudri berkata, "Nabi Muhammad saw berkhotbah [kepada orang banyak,
4/253] dan beliau bersabda, 'Sesungguhnya, Allah menyuruh hamba Nya untuk
memilih antara [diberi kemewahan] dunia dan apa yang ada di sisi-Nya, lalu
hamba itu memilih apa yang ada di sisi Allah.' Abu Bakar r.a. menangis [dan
berkata, 'Kami tebus dirimu dengan bapak dan ibu kami.'] Aku berkata dalam
hati, 'Apakah yang menjadikan Tuan ini menangis? Jika Allah menyuruh seorang
hamba untuk memilih antara [diberi kemewahan] dunia dan apa yang ada di
sisi-Nya, lalu hamba itu memilih apa yang ada di sisi Allah [dan dia berkata,
'Kami tebus dirimu dengan bapak dan ibu kami,'] sedang Rasulullah saw itu
adalah seorang hamba, padahal Abu Bakar itu adalah orang yang terpandai di
antara kami.' Beliau bersabda, 'Wahai Abu Bakar, janganlah kamu menangis.
Sesungguhnya, orang yang paling dermawan atasku dalam berteman dan hartanya
adalah Abu Bakar. Seandainya aku boleh mengambil khalil (kekasih dalam arti
khusus) [selain Tuhanku] dari umatku, niscaya aku mengambil Abu Bakar. Akan
tetapi, persaudaraan (dalam satu riwayat: kekhalilan) Islam dan kasih sayangnya
tidak membiarkan pintu (dalam satu riwayat: pintu kecil) di masjid melainkan
ditutup kecuali pintu (dalam riwayat lain: pintu kecil) Abu Bakar.'"
Ibnu Abbas
r.a. berkata, "Rasulullah saw di kala sakit, yang beliau wafat dalam sakit
itu, keluar dengan mengikat kepala beliau dengan potongan kain. Beliau duduk di
mimbar lalu beliau memuji dan menyanjung Allah, kemudian beliau bersabda,
'Tidak ada seorang pun yang lebih dermawan terhadapku dalam jiwa dan hartanya
daripada Abu Bakar bin Abu Quhafah. Seandainya aku mengambil kekasih dari
manusia niscaya aku mengambil Abu Bakar sebagai kekasih. Akan tetapi,
persahabatan Islam lebih utama.' (Dalam satu riwayat: 'Akan tetapi, dia adalah
saudaraku dan sahabatku.' ." Dalam riwayat lain dari Ibnu Abbas,
"Adapun ucapan Rasulullah saw., 'Seandainya aku mengambil kekasih dari
umat ini niscaya aku ambil Abu Bakar, tetapi persaudaraan Islam itu lebih utama
atau lebih baik,' maka beliau mengucapkan yang demikian ini karena beliau
menempatkan atau menetapkan Abu Bakar sebagai ayah (mertua).' 'Tutuplah dariku
setiap pintu di masjid ini kecuali pintu Abu Bakar.'" (HR. BUKHARI)
Hakim bin
Hizam r.a. berkata, "Saya pernah meminta kepada Rasulullah lalu beliau memberiku.
Kemudian saya meminta lagi kepada beliau, lalu beliau memberiku. Setelah itu
saya meminta lagi kepada beliau, lalu beliau memberiku. Kemudian beliau
bersabda, 'Hai Hakim, sesungguhnya harta ini hijau (indah dan menarik) dan
manis. Barangsiapa yang mengambilnya dengan jiwa dermawan (dalam satu riwayat
dengan jiwa yang bersih 7/176), maka ia diberkahi. Barangsiapa yang
mengambilnya dengan jiwa yang rakus, maka ia tidak diberkahi. Ia seperti orang
makan tetapi tidak pernah kenyang. Tangan yang di atas (pemberi) lebih baik
daripada tangan yang di bawah (peminta).' Saya berkata, 'Wahai Rasulullah, demi
Zat yang mengutus engkau dengan haq (benar), saya tidak akan mengambil sedikit
pun dari orang lain setelah engkau hingga aku meninggal dunia.'" Abu Bakar
pernah memanggil Hakim untuk diberi suatu pemberian. Namun, ia menolak untuk
menerima pemberian itu. Kemudian Umar memanggilnya untuk diberinya. Namun, ia
enggan untuk menerimanya barang sedikit pun. Lalu, Umar berkata,
"Sesungguhnya saya mempersaksikan kepada kalian wahai kaum muslimin atas
Hakim, bahwa saya menawarkan haknya (yang merupakan pembagian dari Allah
untuknya) dari fai' (rampasan perang tanpa terjadi kontak senjata) ini. Namun,
ia enggan mengambilnya." Hakim tidak mengambilnya (sesuatu) dari seseorang
setelah Rasulullah sampai ia meninggal dunia (mudah-mudahan Allah
merahmatinya).(HR. BUKHARI)
Maafkanlah
kesalahan orang yang murah hati (dermawan). Sesungguhnya Allah menuntun
tangannya jika dia terpeleset (jatuh). Seorang pemurah hati dekat kepada Allah,
dekat kepada manusia dan dekat kepada surga. Seorang yang bodoh tapi murah hati
(dermawan) lebih disukai Allah daripada seorang alim (tekun beribadah) tapi
kikir. (HR. Ath-Thabrani)
Seorang
sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw, "Sodaqoh yang bagaimana yang
paling besar pahalanya?" Nabi Saw menjawab, "Saat kamu bersodaqoh
hendaklah kamu sehat dan dalam kondisi pelit (mengekang) dan saat kamu takut
melarat tetapi mengharap kaya. Jangan ditunda sehingga rohmu di tenggorokan
baru kamu berkata untuk Fulan sekian dan untuk Fulan sekian." (HR.
Bukhari)
Hindun,
ibunya Muawiyah, bertanya kepada Nabi Saw, "Ya Rasulullah, Abu Sufyan
suamiku seorang yang pelit, apakah aku boleh mengambil uangnya sedikit secara
sembunyi-sembunyi?" Nabi Saw menjawab, "Ambillah dengan cara yang
makruf (baik) untuk mencukupi kebutuhanmu dan kebutuhan anak-anakmu." (HR.
Bukhari)
Dari Nabi
saw., beliau bersabda: Perumpamaan orang yang berinfak dan orang yang
bersedekah adalah seperti seorang lelaki yang mengenakan dua jubah atau dua
baju besi mulai dadanya sampai ke atas. Apabila orang yang berinfak hendak
berinfak, (dalam riwayat lain) Apabila orang yang bersedekah hendak bersedekah,
maka baju itu menjadi longgar padanya. Dan kalau orang bakhil hendak berinfak,
maka baju itu menjadi sesak dan terasa kecil, sehingga dapat menutupi
jari-jarinya dan menghapus jejaknya. Lalu ia berkata: Kata Abu Hurairah ra.:
Kemudian beliau bersabda: Orang yang bakhil ingin melonggarkan pakaiannya,
tetapi tidak longgar. (Shahih Muslim No.1695)
Dua sifat
tidak akan bertemu dalam diri seorang mukmin yaitu kikir (bakhil) dan akhlak
yang buruk. (HR. Ahmad)
Kami
sedang mengiringi sebuah jenazah di Baqi Gharqad (sebuah tempat pemakaman di
Madinah), lalu datanglah Rasulullah saw. menghampiri kami. Beliau segera duduk
dan kami pun ikut duduk di sekeliling beliau yang ketika itu memegang sebatang
tongkat kecil. Beliau menundukkan kepalanya dan mulailah membuat
goresan-goresan kecil di tanah dengan tongkatnya itu kemudian beliau bersabda:
Tidak ada seorang pun dari kamu sekalian atau tidak ada satu jiwa pun yang
hidup kecuali telah Allah tentukan kedudukannya di dalam surga ataukah di dalam
neraka serta apakah ia sebagai seorang yang sengsara ataukah sebagai seorang
yang bahagia. Lalu seorang lelaki tiba-tiba bertanya: Wahai Rasulullah! Kalau
begitu apakah tidak sebaiknya kita berserah diri kepada takdir kita dan
meninggalkan amal-usaha? Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang telah
ditentukan sebagai orang yang berbahagia, maka dia akan mengarah kepada perbuatan
orang-orang yang berbahagia. Dan barang siapa yang telah ditentukan sebagai
orang yang sengsara, maka dia akan mengarah kepada perbuatan orang-orang yang
sengsara. Kemudian beliau melanjutkan sabdanya: Beramallah! Karena setiap orang
akan dipermudah! Adapun orang-orang yang ditentukan sebagai orang berbahagia,
maka mereka akan dimudahkan untuk melakukan amalan orang-orang bahagia. Adapun
orang-orang yang ditentukan sebagai orang sengsara, maka mereka juga akan
dimudahkan untuk melakukan amalan orang-orang sengsara. Kemudian beliau
membacakan ayat berikut ini: Adapun orang yang memberikan hartanya di jalan
Allah dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka
Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang
bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka
kelak Kami akan menyiapkan baginya jalan yang sukar. (Shahih Muslim No.4786)
Abu
Hurairah r.a. berkata, "Rasulullah bersabda, 'Barangsiapa yang diberi
harta oleh Allah, namun tidak mengeluarkan zakatnya, maka harta itu akan
dijadikan seperti ular jantan botak (karena banyak racunnya dan sudah lama
usianya). Ular itu mempunyai dua taring yang mengalungi lehernya pada hari
kiamat. Kemudian ular itu menyengatnya dengan kedua taringnya. Ia mencengkeram
kedua rahangnya dengan berkata, 'Saya adalah hartamu, saya adalah simpananmu.'
Kemudian beliau membaca ayat, 'Sekali-kali janganlah orang bakhil dengan harta
yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan
itu baik bagi mereka. Tetapi, kebakhilan itu buruk bagi mereka. Harta yang
mereka bakhilkan itu kelak akan dikalungkan di leher mereka di hari kiamat.
Kepunyaan Allah lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan.' (Dalam satu jalan periwayatan dengan
redaksi yang berbunyi: 'Harta simpanan seseorang dari kamu itu besok pada hari
kiamat akan menjadi ular jantan yang botak, dan pemiliknya lari menjauhinya.
Tetapi, ular itu mengejarnya sambil berkata, 'Aku adalah harta simpananmu.'
Rasulullah bersabda, 'Demi Allah, ular itu terus mengejarnya. Sehingga, ia
membentangkan tangannya, lalu ular itu mengunyahnya dengan mulutnya.' Sabda
beliau selanjutnya, 'Apabila pemilik binatang ternak itu tidak memberikan
haknya (zakat nya), niscaya ternak itu akan dikuasakan atasnya pada hari
kiamat. Lalu, akan menginjak-injak wajahnya dengan telapak kakinya.'
8/60)."
Rasulullah
Saw melarang bernazar dengan sabdanya : "Sesungguhnya itu (nazar) tidak
dapat menolak sedikitpun dari takdir dan hanya penarikan uang dari orang
bakhil." (HR. Bukhari)
Barangsiapa
diberi Allah harta dan tidak menunaikan zakatnya kelak pada hari kiamat dia
akan dibayang-bayangi dengan seekor ular bermata satu di tengah dan punya dua
lidah yang melilitnya. Ular itu mencengkeram kedua rahangnya seraya berkata,
"Aku hartamu, aku pusaka simpananmu." Kemudian nabi Saw membaca
firman Allah surat Ali Imran ayat 180: "Dan janganlah orang-orang yang
bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka
bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu buruk bagi
mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di
hari kiamat. Dan kepunyaan Allah lah segala warisan (yang ada) di langit dan di
bumi." (HR. Bukhari)
Demi yang
mengutus aku dengan hak, Allah tidak akan menyiksa orang yang mengasihi dan
menyayangi anak yatim, berbicara kepadanya dengan lembut dan mengasihi
keyatiman serta kelemahannya, dan tidak bersikap angkuh dengan apa yang Allah
anugerahkan kepadanya terhadap tetangganya. Demi yang mengutus aku dengan hak,
Allah tidak akan menerima sedekah seorang yang mempunyai kerabat keluarga yang
membutuhkan santunannya sedang sedekah itu diberikan kepada orang lain. Demi
yang jiwaku dalam genggamanNya, ketahuilah, Allah tidak akan memandangnya
(memperhatikannya) kelak pada hari kiamat. (HR. Ath-Thabrani)
No comments:
Post a Comment