Ini
alasan berikutnya mengapa kebanyakan orang hidup miskin. Karena kebanyakan
mereka pelit. Mereka menyayangi harta dengan sayang yang berlebihan. Mereka
mencintai harta dengan cinta yang berlebihan.
Seharusnya,
harta itu mereka gunakan untuk memuliakan anak yatim, memberi makan kepada
orang miskin, lalu mereka ajak saudaranya untuk memberi makan orang miskin.
Tetapi tidak, mereka sama sekali tidak peduli kepada orang lain. Mereka lebih
suka mementingkan dirinya sendiri. Harta hanya mereka gunakan untuk kepentingan
mereka sendiri. Mereka menyimpannya, menjaganya, lalu mereka cintai dengan
kecintaan yang sangat. Itulah sebabnya mereka menjadi susah.
Anda
boleh tidak percaya pada omongan saya. Tetapi Anda wajib yakin kepada firman
Alloh.
Perhatikan
ayat-ayat surat Al-Fajr ini, dan Anda akan tahu, mengapa hidup kebanyakan orang
menjadi susah karena dia mencintai hartanya dengan kecintaan yang berlebihan.
“Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu
membatasi rizkinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku. Sekali-kali
tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim, dan Anda tidak
saling mengajak memberi makan orang miskin, dan kamu memakan harta pusaka
dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang bathil), dan kamu mencintai
harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.” (Al-Fajr: 16-20).
Bukan
karena Alloh mau menghinakan. Kemiskinan dan keterbatasan rezeki yang manusia
derita, sebenarnya itu sebuah peringatan, supaya manusia tahu, mereka menjadi
miskin, karena mereka tidak memuliakan anak yatim, tidak memberi makan fakir
miskin, mereka pelit, mereka mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan.
Dunia
ini permainan, dan sebuah permainan selalu penuh jebakan. Orang yang mencintai
dunia sepenuh hati setelah dunia itu datang ke tangannya, dan tidak mau
melepaskannya di jalan Alloh, akan terpenjara dengan kekayaannya. Di Afrika ada
sejenis sangkar yang diberi nama sangkar Papo. Jika pintu sangkar itu terbuka,
monyet yang melihat akan tergoda masuk ke dalamnya, karena di dalamnya ada
pisang. Si monyet akan memegang pisang itu, dan perlahan pintu mulai menutup.
Si monyet tidak menyadari perbuatannya itu membuat pintu tertutup, maka dia
semakin menarik pisangnya, dan akibatnya pintu semakin menutup dan semakin
menutup rapat. Akhirnya, si monyet terpenjara. Mungkin si monyet bisa menjadi
metafora orang-orang yang pelit. Dia peluk erat dunia di tangannya, tanpa
sedikit pun menyadari, perbuatannya itu sesungguhnya akan membuatnya terpenjara
dalam kemiskinan dan kesulitan.
Abu Hurairah r.a. berkata,
"Rasulullah bersabda, 'Barangsiapa yang diberi harta oleh Allah, namun
tidak mengeluarkan zakatnya, maka harta itu akan dijadikan seperti ular jantan
botak (karena banyak racunnya dan sudah lama usianya). Ular itu mempunyai dua taring
yang mengalungi lehernya pada hari kiamat. Kemudian ular itu menyengatnya
dengan kedua taringnya. Ia mencengkeram kedua rahangnya dengan berkata, 'Saya
adalah hartamu, saya adalah simpananmu.' Kemudian beliau membaca ayat,
'Sekali-kali janganlah orang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada
mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka.
Tetapi, kebakhilan itu buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu kelak
akan dikalungkan di leher mereka di hari kiamat. Kepunyaan Allah lah segala
warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Allah mengetahui apa yang Anda
kerjakan.'
Riwayat lain berbunyi: “Harta simpanan
seseorang dari Anda itu besok pada hari kiamat akan menjadi ular jantan yang
botak, dan pemiliknya lari menjauhinya. Tetapi, ular itu mengejarnya sambil
berkata, 'Aku adalah harta simpananmu.' Rasulullah bersabda, 'Demi Allah, ular
itu terus mengejarnya. Sehingga, ia membentangkan tangannya, lalu ular itu
mengunyahnya dengan mulutnya.' Sabda beliau selanjutnya, 'Apabila pemilik
binatang ternak itu tidak memberikan haknya (zakat nya), niscaya ternak itu
akan dikuasakan atasnya pada hari kiamat. Lalu, akan menginjak-injak wajahnya
dengan telapak kakinya.”
Janganlah dulu di
akhirat, di dunia saja, dia sudah terlilit. Terlilit kesulitan, kesusahan,
kemiskinan, dan terus-menerus ditekan kebingungan. Mereka pelit, karena itu
mereka miskin.
No comments:
Post a Comment