Thursday, 7 March 2013

MEREKA PELIT



Ini alasan berikutnya mengapa kebanyakan orang hidup miskin. Karena kebanyakan mereka pelit. Mereka menyayangi harta dengan sayang yang berlebihan. Mereka mencintai harta dengan cinta yang berlebihan.
Seharusnya, harta itu mereka gunakan untuk memuliakan anak yatim, memberi makan kepada orang miskin, lalu mereka ajak saudaranya untuk memberi makan orang miskin. Tetapi tidak, mereka sama sekali tidak peduli kepada orang lain. Mereka lebih suka mementingkan dirinya sendiri. Harta hanya mereka gunakan untuk kepentingan mereka sendiri. Mereka menyimpannya, menjaganya, lalu mereka cintai dengan kecintaan yang sangat. Itulah sebabnya mereka menjadi susah.
Anda boleh tidak percaya pada omongan saya. Tetapi Anda wajib yakin kepada firman Alloh.
Perhatikan ayat-ayat surat Al-Fajr ini, dan Anda akan tahu, mengapa hidup kebanyakan orang menjadi susah karena dia mencintai hartanya dengan kecintaan yang berlebihan.
Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku. Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim, dan Anda tidak saling mengajak memberi makan orang miskin, dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang bathil), dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.” (Al-Fajr: 16-20).
Bukan karena Alloh mau menghinakan. Kemiskinan dan keterbatasan rezeki yang manusia derita, sebenarnya itu sebuah peringatan, supaya manusia tahu, mereka menjadi miskin, karena mereka tidak memuliakan anak yatim, tidak memberi makan fakir miskin, mereka pelit, mereka mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan.
Dunia ini permainan, dan sebuah permainan selalu penuh jebakan. Orang yang mencintai dunia sepenuh hati setelah dunia itu datang ke tangannya, dan tidak mau melepaskannya di jalan Alloh, akan terpenjara dengan kekayaannya. Di Afrika ada sejenis sangkar yang diberi nama sangkar Papo. Jika pintu sangkar itu terbuka, monyet yang melihat akan tergoda masuk ke dalamnya, karena di dalamnya ada pisang. Si monyet akan memegang pisang itu, dan perlahan pintu mulai menutup. Si monyet tidak menyadari perbuatannya itu membuat pintu tertutup, maka dia semakin menarik pisangnya, dan akibatnya pintu semakin menutup dan semakin menutup rapat. Akhirnya, si monyet terpenjara. Mungkin si monyet bisa menjadi metafora orang-orang yang pelit. Dia peluk erat dunia di tangannya, tanpa sedikit pun menyadari, perbuatannya itu sesungguhnya akan membuatnya terpenjara dalam kemiskinan dan kesulitan.

Abu Hurairah r.a. berkata, "Rasulullah bersabda, 'Barangsiapa yang diberi harta oleh Allah, namun tidak mengeluarkan zakatnya, maka harta itu akan dijadikan seperti ular jantan botak (karena banyak racunnya dan sudah lama usianya). Ular itu mempunyai dua taring yang mengalungi lehernya pada hari kiamat. Kemudian ular itu menyengatnya dengan kedua taringnya. Ia mencengkeram kedua rahangnya dengan berkata, 'Saya adalah hartamu, saya adalah simpananmu.' Kemudian beliau membaca ayat, 'Sekali-kali janganlah orang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Tetapi, kebakhilan itu buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu kelak akan dikalungkan di leher mereka di hari kiamat. Kepunyaan Allah lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Allah mengetahui apa yang Anda kerjakan.'
Riwayat lain berbunyi: “Harta simpanan seseorang dari Anda itu besok pada hari kiamat akan menjadi ular jantan yang botak, dan pemiliknya lari menjauhinya. Tetapi, ular itu mengejarnya sambil berkata, 'Aku adalah harta simpananmu.' Rasulullah bersabda, 'Demi Allah, ular itu terus mengejarnya. Sehingga, ia membentangkan tangannya, lalu ular itu mengunyahnya dengan mulutnya.' Sabda beliau selanjutnya, 'Apabila pemilik binatang ternak itu tidak memberikan haknya (zakat nya), niscaya ternak itu akan dikuasakan atasnya pada hari kiamat. Lalu, akan menginjak-injak wajahnya dengan telapak kakinya.”
Janganlah dulu di akhirat, di dunia saja, dia sudah terlilit. Terlilit kesulitan, kesusahan, kemiskinan, dan terus-menerus ditekan kebingungan. Mereka pelit, karena itu mereka miskin.

No comments:

Post a Comment