Thursday, 7 March 2013

MENGAPA KEBANYAKAN ORANG HIDUP MISKIN



Potret kemiskinan negeri kita sudah tercermin dari hantu-hantunya. (Ini humor basi, tapi saya ingin mencantumkannya). Misalnya kuntilanak, lihat pakaiannya, daster putih polos sederhana, rambut panjang tak terurus, kantung mata hitam legam, dan wajah pucat pasi. Tinggalnya di mana? Di pohon-pohon atau di gudang tak terpakai. Profesinya penjual jamu gendong, terkadang sampai menjadi PSK. SANGAT MISKIN. Terus pocong, penampilannya sangat sangat-sangat miskin. muka jelek tak terrawat, pakaian kain kafan kumal tak pernah dicuci. Tempat tinggalnya di mana? Kayak gak ada tempat lain, tinggalnya di kuburan. Ada lagi jelangkung, saking miskinnya, ke mana-mana harus jalan kaki, tak ada orang yang peduli kepadanya, tak ada orang mau mengantarnya, tak ada orang yang mau menjemputnya (datang tak dijemput pulang tak diantar). Terakhir, tuyul, jangankan baju keren, baju biasa pun dia tak punya. Pakaiannya hanya cawat. MISKIN PARAH.
Berbeda dengan hantu-hantu luar negeri. Amerika, hantunya DRAKULA, pakaiannya jas hitam, pakai dasi dan berpenampilan rapi. Tinggalnya pun di kastil megah dan rumah-rumah mewah, bermobil mewah, dan berpendidikan tinggi. Kalau tidak percaya, lihat film Twilight.  Lihat juga Cina. Hantunya VAMPIR. Berpakaian adat bangsawan China lengkap dengan songkok hitam, tinggal di kuil atau di kastil mewah, memakai perhiasan berupa kalung atau cincin giok. Atau juga Timur tengah, hantunya JIN, berbaju bangsawan Arab, lengkap dengan sepatu khas Timur Tengah, memakai anting dan perhiasan dari emas, tinggal di dalam lampu yang terbuat dari emas berhias permata.
Baiklah, masalah itu tak perlu kita pusingkan. Sekarang, lebih baik kita diskusikan, mengapa kebanyak orang kita hidup miskin. Setelah saya menela’ah, setidaknya ada 6 alasan mengapa kebanyakan orang kita miskin dan susah. Mereka bekerja tanpa petunjuk, mereka tidak memakai petunjuk Alloh, mereka tahu petunjuk tapi malas beramal, kebanyakan orang senang diberi tapi enggan memberi, hanya mengandalkan kemampuan sendiri, mereka pelit dan saling menasihati untuk pelit, uang mereka mengalir untuk kemegahan, bahkan, mereka menggunakan rezeki untuk berbuat kerusakan.
Mari kita bicarakan satu-persatu.

MEREKA BEKERJA TANPA PETUNJUK.
Begitu pentingnya sebuah petunjuk, tanpanya hidup kita bisa kelelahan.
Ini sebuah pengamalan buruk. Ketika itu, saya mau mencari seorang guru Al-Qur'an di Ciangsana Bogor. Saya ingin menemuinya karena mendengar kesuksesan hidupnya mengajarkan Al-Qur'an. Ingin tinggal di rumahnya, belajar kepadanya, supaya mendapatkan ilmu yan banyak tentang isi kandungan Al-Qur'an.
Maka perjalanan penuh ketidakpastian itu pun saya tempuh. Tak ada petunjuk lengkap tentang tempat tinggalnya. Yang saya tahu hanya terminal Kampungrambutan, lalu naik angkot menuju Ciangsana. Selebihnya, saya buta. Ketika Kernet angkot menanyakan pada saya Ciangsana mana, saya gelagapan. Kepadanya saya hanya bisa menyebutkan nama sebuah madrasah.
Tetapi ketika angkot menurunkan saya di sebuah madrasah, ternyata itu bukan madrasah yang saya cari. Itu bukan madrasah sang dokter. Saya tanyakan kepada orang-orang, tahukah mereka dengan dokter itu, mereka sama tidak tahu. Saya berjalan lunglai memikirkan kemalangan diri. Langkah-langkah yang sangat lelah oleh kegelisahan dan berbagai kecemasan. Cemas dengan segala kemungkinan mengerikan yang bisa saja terjadi pada saya.
Saya tersesat. Ongkos habis. Kampung saya di Ciamis, dan tersesat di Bogor seperti ini berarti terancam jadi anak jalanan. Itu masih mendingan, yang repot kalau saya jadi gelandangan. Dan itu masih mendingan, lebih repot kalau saya jadi pengemis. Hanya Alloh tempat saya memohon perlindungan. Untunglah akhirnya Alloh memberikan saya pertolongan, setelah berjalan kaki jauh dan melelahkan dan berdo’a kepada-Nya sebisa saya, akhirnya dokter itu saya temukan.
Tanpa petunjuk, kita akan kesusahan.
Begitulah selama ini orang mengejar harta. Mereka bekerja habis-habisan, mengerahkan tenaganya, akalnya, namun karena mereka bekerja tanpa petunjuk, mereka hanya menemukan kelelahan dan kelelahan, terus berputar-putar dalam siklus yang sama, dalam kesusahan yang sama. Mereka tersesat. Mereka tetap miskin.

No comments:

Post a Comment