Nabi
bersabda: “Barangsiapa niatnya akhirat maka Alloh akan menyatukan urusannya,
dan akan menjadikan kekayaan di dalam hatinya, dan dunia datang kepadanya
dengan menghinakan diri, dan barangsiapa niatnya dunia, maka Alloh akan
mencerai-beraikan hatinya, dan Alloh jadikan kefakiran membayang di depan
matanya, dan dunia tidak datang kepadanya melainkan sebatas apa yang sudah
ditetapkan untuknya.” (Al-Hadits).
Utsman
bin Affan RA berkata: ”Risau menghadapi dunia merupakan kegelapan di dalam
hati, sedangkan kepayahan menghadapi akhirat menjadikan sinar penerang hati.”
Yahya
bin Muadz berkata: ”Seorang yang mulia tidak akan melanggar tuntunan Alloh,
sedangkan seorang yang bijaksana tidak mengutamakan kehidupan dunia dengan
mengesampingkan akhirat.”
Al-A’masy
berkata: ”Barangsiapa hidupnya bermodalkan taqwa, maka lidahnya tidak sanggup
menghitung besarnya keuntungan agama, dan barang siapa yang hidupnya
bermodalkan dunia semata, maka lidahnya tidak akan sanggup menghitung besarnya
kerugian agamanya.”
Nabi
Saw bersabda: ”Pangkal segala kesalahan adalah terlalu mencintai dunia,
sedangkan pangkal segala fitnah adalah keengganan membayar yang sepersepuluh
dan zakat.”
Seorang
penya’ir berkata:
Wahai orang yang sibuk dengan dunianya
Sungguh ia sudah tertipu oleh angan-angan
yang panjang
Apakah ia tenggelam dalam kelalaian
Padahal ajal semakin dekat
Mati itu akan datang tiba-tiba
Sedangkan kubur itu merupakan kotak amal
Bersabarlah atas segala derita dunia
Sebab mati akan datang tepat pada waktunya
Diriwayatkan
dari Nabi, beliau bersabda: ”Barangsiapa di pagi harinya terus mengeluh tentang
kesulitan hidupnya, maka seakan-akan ia mengeluh kepada Tuhannya, barangsiapa
yang pagiharinya sudah merasa sedih terhadap urusan dunia yang sudah menimpanya
berarti sejak pagi ia sudah membenci Alloh, tidak sabar dengan takdir Alloh.
Barangsiapa tunduk dan hormat kepada orang kaya disebabkan kekayaannya maka
hilanglah dua pertiga agamanya.”
Utsman
bin Affan ra berkata:”Barangsiapa menghindarkan diri dari dunia, maka Alloh
akan mencintainya. Barang siapa selalu menjauhi perbuatan dosa, pasti ia akan
dicintai malaikat. Barangsiapa tidak mempunyai keinginan mengambil untung dari
umat Islam, maka ia akan dicintai orang-orang Islam.”
Ali bin
Abi Thalib berkata:”Sesungguhnya di antara kenikmatan yang ada di dunia ini,
maka cukup bagimu Islam sebagai suatu kenikmatan. Sesungguhnya diantara
kesibukan-kesibukan yang ada, maka cukup bagimu kesibukan untuk berbuat taat.
Sesungguhnya diantara kperingatan, maka cukup bagimu mati sebagai peringatan.”
Abdulloh
bin Mas’ud berkata: Banyak orang terkecoh dengan kenikmatan yang diberikan
kepadanya. Banyak pula orang yang terjebak oleh sanjungan dan pujaan yang
ditujukan kepadanya. Banyak pula orang yang tertipu karena tutupan atas
aibnya.”
Malaikat
Jibril berkata:”Hai Muhammad, hiduplah sekehendakmu, tetapi sadarlah bahwa
engkau akan mati. Cintailah siapa yang engkau cintai, tetapi ingatlah, engkau
akan berpisah dengannya. Berbuatlah sekehendakmu, tetapi sadarlah engkau akan
dibalas.”
Nabi
Ibarahim Alaihissalam pernah ditanya, apakah yang menyebabkan engkau dijadikan
kekasih oleh Alloh? beliau menjawab:” Karena tiga hal, yaitu: Aku labih
mementingkan urusan Alloh dari pada yang lain. Aku tidak merasa risau kepada
jaminan Alloh kepadaku, dan aku tidak pernah makan malam dan makan pagi kecuali
bersama tamu.”
Diriwayatkan
bahwa ada seorang lelaki Bani Israil mengumpulkan delapan puluh peti berisi
buku-buku keagamaan, namun semua itu tidak bermanfaat baginya. Maka Alloh
mewahyukan kepada Nabi mereka ketika itu, supaya berkata kepada pengumpul ilmu
itu sebagai berikut: ”Andaikan engkau mengumpulkan ilmu tersebut lebih banyak
lagi, tentu tidak akan bermanfaat bagimu, kecuali jika engkau bisa melakukan
tiga hal:” Janganlah engkau mencintai dunia, karena dunia bukan tempat
kesenangan orang mukmin. Janganlah engkau bergaul dengan syetan karena syetan
bukanlah temannya orang mukmin. Janganlah engkau menyakiti seseorang, karena
itu bukan perbuatan orang mukmin.
Yahya
bin Mu’adz Arrazi berkata: ”Berbahagialah orang yang meninggalkan
dunia(menginfakkan hartanya) sebelum dunia meninggalkannya; membangun kuburnya
(memperbanyak amal) sebelum memasukinya. Ridha kepada Rabb-nya (melaksanakan
segala perintah dan menjauhi larangan-Nya) sebelum bertemu dengan-Nya.”
Orang-orang
dahulu sebelum kita saling berpesan dalam tiga hal:”Barangsiapa yang beramal
semata-mata untuk bekal di akhirat, maka Alloh akan mencukupkan urusan agama
dan dunianya. Barangsiapa yang niat hati nuraninya baik, maka Alloh akan
membuat baik lahiriahnya. Barangsiapa memperbaiki hubungan dirinya dengan
Alloh, maka Alloh akan memperbaiki hubungannya dengan sesama manusia.”
Nabi
Saw bersabda: “Barangsiapa keluar dari hinanya kemaksiatan kepada mulianya
ketaatan, maka Alloh akan menjadikan dia kaya bukan karena harta, memperkuatnya
bukan karena tentara, dan memuliakannya tanpa butuh dukungan anak buah.”
Shaleh
Al-Marqadi pernah lewat pada perkampungan sambil berkata:”Di mana keluargamu
yang dahulu? Di mana penduduk-pendudukmu yang sudah lalu? Tiba-tiba terdengar
suara di balik tabir yang menjawabnya:”Bekas-bekas mereka sudah sirna,
tubuh-tubuh mereka sudah punah tertimbun tanah, yang tinggal adalah karya
mereka tergantung di atas leher-leher mereka.”
Sebagian
ahli hikmah sudah memilih empat butir hikmah dari empat kitab suci: dari kitab
Taurot, barangsiapa puas dengan pemberian Alloh, maka dia akan merasa tenang
dan hidup bahagia baik di dunia maupun di akhirat. Dari kitab injil:
Barangsiapa bisa mengendalikan syahwatnya, maka ia akan mulia di dunia dan di
akhirat. Dari Kitab jabur: barangsiapa berdikari terlepas dari orang lain,
tentu ia akan selamat di dunia dan di akhirat. Dari Kitab Al-Qur'an:
barangsiapa bisa menjaga lisannya, selamatlah ia di dunia dan di akhirat.”
Abdulloh
bin Mubarok berkata:”Sesungguhnya seorang ahli hikmah sudah menghimpun banyak
hadis dan memilih di antaranya empat puluh ribu hadits, kemudian dipilih lagi
hingga menjadi empat ribu hadits, kemudian dipilih lagi hingga menjadi empat
ratus hadits, kemudian disaring lagi menjadi empat puluh hadits, akhirnya
disaring lagi menjadi empat perkataan yang bunyinya:”Pertama, janganlah engkau
terlalu mempercayai wanita dalam semua hal. Kedua, janganlah engkau tertipu
dengan harta benda dalam semua keadaan. Ketiga, jangan membebani perut besarmu
dengan apa yang tidak mampu diterimanya. Keempat, janganlah engkau mengumpulkan
ilmu yang tidak ada manfaatnya.”
Hamid Al-Lafaf berkata:”Aku pernah
mencari empat hal dengan empat hal, ternyata jalan itu salah, dan aku malah
menemukannya dalam empat hal:”Aku mencari kekayaan dengan mengumpulkan harta
benda, tetapi aku tidak menemukannya. Ternyata kekayaan tersebut kutemukan
dalam sifat konaah (menerima apa adanya). Aku mendambakan hidup yang tenteram
pada harta benda yang melimpah ruah, tetapi ternyata kutemukan ketenteraman itu
pada sedikitnya harta benda. Aku mencari kelezatan dengan mengejar kenikmatan,
ternyata kelezatan itu kutemukan pada badan yang sehat. Aku mencari rezeki di
bumi, tetapi kutemukan rezeki itu di langit.”
No comments:
Post a Comment