Thursday 14 March 2013

RISAU MENGHADAPI DUNIA MERUPAKAN KEGELAPAN DI DALAM HATI



Nabi bersabda: “Barangsiapa niatnya akhirat maka Alloh akan menyatukan urusannya, dan akan menjadikan kekayaan di dalam hatinya, dan dunia datang kepadanya dengan menghinakan diri, dan barangsiapa niatnya dunia, maka Alloh akan mencerai-beraikan hatinya, dan Alloh jadikan kefakiran membayang di depan matanya, dan dunia tidak datang kepadanya melainkan sebatas apa yang sudah ditetapkan untuknya.” (Al-Hadits).
Utsman bin Affan RA berkata: ”Risau menghadapi dunia merupakan kegelapan di dalam hati, sedangkan kepayahan menghadapi akhirat menjadikan sinar penerang hati.”
Yahya bin Muadz berkata: ”Seorang yang mulia tidak akan melanggar tuntunan Alloh, sedangkan seorang yang bijaksana tidak mengutamakan kehidupan dunia dengan mengesampingkan akhirat.”
Al-A’masy berkata: ”Barangsiapa hidupnya bermodalkan taqwa, maka lidahnya tidak sanggup menghitung besarnya keuntungan agama, dan barang siapa yang hidupnya bermodalkan dunia semata, maka lidahnya tidak akan sanggup menghitung besarnya kerugian agamanya.”
Nabi Saw bersabda: ”Pangkal segala kesalahan adalah terlalu mencintai dunia, sedangkan pangkal segala fitnah adalah keengganan membayar yang sepersepuluh dan zakat.”
Seorang penya’ir berkata:
Wahai orang yang sibuk dengan dunianya
Sungguh ia sudah tertipu oleh angan-angan yang panjang
Apakah ia tenggelam dalam kelalaian
Padahal ajal semakin dekat
Mati itu akan datang tiba-tiba
Sedangkan kubur itu merupakan kotak amal
Bersabarlah atas segala derita dunia
Sebab mati akan datang tepat pada waktunya

Diriwayatkan dari Nabi, beliau bersabda: ”Barangsiapa di pagi harinya terus mengeluh tentang kesulitan hidupnya, maka seakan-akan ia mengeluh kepada Tuhannya, barangsiapa yang pagiharinya sudah merasa sedih terhadap urusan dunia yang sudah menimpanya berarti sejak pagi ia sudah membenci Alloh, tidak sabar dengan takdir Alloh. Barangsiapa tunduk dan hormat kepada orang kaya disebabkan kekayaannya maka hilanglah dua pertiga agamanya.”
Utsman bin Affan ra berkata:”Barangsiapa menghindarkan diri dari dunia, maka Alloh akan mencintainya. Barang siapa selalu menjauhi perbuatan dosa, pasti ia akan dicintai malaikat. Barangsiapa tidak mempunyai keinginan mengambil untung dari umat Islam, maka ia akan dicintai orang-orang Islam.”
Ali bin Abi Thalib berkata:”Sesungguhnya di antara kenikmatan yang ada di dunia ini, maka cukup bagimu Islam sebagai suatu kenikmatan. Sesungguhnya diantara kesibukan-kesibukan yang ada, maka cukup bagimu kesibukan untuk berbuat taat. Sesungguhnya diantara kperingatan, maka cukup bagimu mati sebagai peringatan.”
Abdulloh bin Mas’ud berkata: Banyak orang terkecoh dengan kenikmatan yang diberikan kepadanya. Banyak pula orang yang terjebak oleh sanjungan dan pujaan yang ditujukan kepadanya. Banyak pula orang yang tertipu karena tutupan atas aibnya.”
Malaikat Jibril berkata:”Hai Muhammad, hiduplah sekehendakmu, tetapi sadarlah bahwa engkau akan mati. Cintailah siapa yang engkau cintai, tetapi ingatlah, engkau akan berpisah dengannya. Berbuatlah sekehendakmu, tetapi sadarlah engkau akan dibalas.”
Nabi Ibarahim Alaihissalam pernah ditanya, apakah yang menyebabkan engkau dijadikan kekasih oleh Alloh? beliau menjawab:” Karena tiga hal, yaitu: Aku labih mementingkan urusan Alloh dari pada yang lain. Aku tidak merasa risau kepada jaminan Alloh kepadaku, dan aku tidak pernah makan malam dan makan pagi kecuali bersama tamu.”
Diriwayatkan bahwa ada seorang lelaki Bani Israil mengumpulkan delapan puluh peti berisi buku-buku keagamaan, namun semua itu tidak bermanfaat baginya. Maka Alloh mewahyukan kepada Nabi mereka ketika itu, supaya berkata kepada pengumpul ilmu itu sebagai berikut: ”Andaikan engkau mengumpulkan ilmu tersebut lebih banyak lagi, tentu tidak akan bermanfaat bagimu, kecuali jika engkau bisa melakukan tiga hal:” Janganlah engkau mencintai dunia, karena dunia bukan tempat kesenangan orang mukmin. Janganlah engkau bergaul dengan syetan karena syetan bukanlah temannya orang mukmin. Janganlah engkau menyakiti seseorang, karena itu bukan perbuatan orang mukmin.
Yahya bin Mu’adz Arrazi berkata: ”Berbahagialah orang yang meninggalkan dunia(menginfakkan hartanya) sebelum dunia meninggalkannya; membangun kuburnya (memperbanyak amal) sebelum memasukinya. Ridha kepada Rabb-nya (melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya) sebelum bertemu dengan-Nya.”
Orang-orang dahulu sebelum kita saling berpesan dalam tiga hal:”Barangsiapa yang beramal semata-mata untuk bekal di akhirat, maka Alloh akan mencukupkan urusan agama dan dunianya. Barangsiapa yang niat hati nuraninya baik, maka Alloh akan membuat baik lahiriahnya. Barangsiapa memperbaiki hubungan dirinya dengan Alloh, maka Alloh akan memperbaiki hubungannya dengan sesama manusia.”
Nabi Saw bersabda: “Barangsiapa keluar dari hinanya kemaksiatan kepada mulianya ketaatan, maka Alloh akan menjadikan dia kaya bukan karena harta, memperkuatnya bukan karena tentara, dan memuliakannya tanpa butuh dukungan anak buah.”
Shaleh Al-Marqadi pernah lewat pada perkampungan sambil berkata:”Di mana keluargamu yang dahulu? Di mana penduduk-pendudukmu yang sudah lalu? Tiba-tiba terdengar suara di balik tabir yang menjawabnya:”Bekas-bekas mereka sudah sirna, tubuh-tubuh mereka sudah punah tertimbun tanah, yang tinggal adalah karya mereka tergantung di atas leher-leher mereka.”
Sebagian ahli hikmah sudah memilih empat butir hikmah dari empat kitab suci: dari kitab Taurot, barangsiapa puas dengan pemberian Alloh, maka dia akan merasa tenang dan hidup bahagia baik di dunia maupun di akhirat. Dari kitab injil: Barangsiapa bisa mengendalikan syahwatnya, maka ia akan mulia di dunia dan di akhirat. Dari Kitab jabur: barangsiapa berdikari terlepas dari orang lain, tentu ia akan selamat di dunia dan di akhirat. Dari Kitab Al-Qur'an: barangsiapa bisa menjaga lisannya, selamatlah ia di dunia dan di akhirat.”
Abdulloh bin Mubarok berkata:”Sesungguhnya seorang ahli hikmah sudah menghimpun banyak hadis dan memilih di antaranya empat puluh ribu hadits, kemudian dipilih lagi hingga menjadi empat ribu hadits, kemudian dipilih lagi hingga menjadi empat ratus hadits, kemudian disaring lagi menjadi empat puluh hadits, akhirnya disaring lagi menjadi empat perkataan yang bunyinya:”Pertama, janganlah engkau terlalu mempercayai wanita dalam semua hal. Kedua, janganlah engkau tertipu dengan harta benda dalam semua keadaan. Ketiga, jangan membebani perut besarmu dengan apa yang tidak mampu diterimanya. Keempat, janganlah engkau mengumpulkan ilmu yang tidak ada manfaatnya.”
Hamid Al-Lafaf berkata:”Aku pernah mencari empat hal dengan empat hal, ternyata jalan itu salah, dan aku malah menemukannya dalam empat hal:”Aku mencari kekayaan dengan mengumpulkan harta benda, tetapi aku tidak menemukannya. Ternyata kekayaan tersebut kutemukan dalam sifat konaah (menerima apa adanya). Aku mendambakan hidup yang tenteram pada harta benda yang melimpah ruah, tetapi ternyata kutemukan ketenteraman itu pada sedikitnya harta benda. Aku mencari kelezatan dengan mengejar kenikmatan, ternyata kelezatan itu kutemukan pada badan yang sehat. Aku mencari rezeki di bumi, tetapi kutemukan rezeki itu di langit.”

No comments:

Post a Comment