Thursday 7 March 2013

TIDAK AKAN DISUSAHKAN OLEH HARTA YANG HILANG



Paling jengkel kalau sudah kehilangan sesuatu. Hati belum bisa tenang sebelum menemukannya. Kehilangan uang, kehilangan flesh disk, kehilangan kunci motor, kehilangan hape, kehilangan carger hape, kehilangan KTP, kehilangan dompet, kehilangan buku, kehilangan baju, kehilangan celana, kehilangan apapun seringkali membuat jantung kita nyut-nyutan.
Seorang mahasiswi pernah meminjam buku Metodologi Studi Islam pada saya. Dia seorang wanita berjilbab. Parasnya cantik bagai siluman ular. Wajahnya bulat dengan pipi montok licin bak kulit bayi. Wanita cantik biasanya apik, dan orang apik biasanya jarang kehilangan. Namun wanita ini beda, sepertinya dia seorang pelupa, sepertinya. Saya nggak tahu sifat dia sebenarnya. Suatu malam, malam yang esok harinya akan ujian, dia mengirim SMS:
“Pak, tahu tidak?”
“Apa?” tanya saya.
“Buku MSI tidak ada.”
“Maksudmu, hilang?”
“Iya, entah ke mana, bagaimana ya Pak?”
“Tidak mengapalah.” Jawab saya santai.
“Tapi saya tidak enak.”
“Biarlah,...saya rela kehilangan apa pun asal tidak kehilangan Kamu.” Balas saya romantis.
“Ih, kok berkata begitu? Malu dong sama istri Bapak.” Dia menggugat.
“Malu kenapa?”
“Barangkali saja malu. Ah Pak, bagaimana tentang buku?”
“Biarlah, nanti saya bantu cari.”
Kasihan wanita ini. Kehilangan buku telah membuatnya gelisah. Untungnya, saya telah  menemukannya. Bagaimana caranya menemukan buku itu, saya telah menceritakannya dalam sebuah novel. Tidak akan saya ceritakan di sini, karena itu sebuah rahasia pribadi. Yang jelas, saya tidak menemukan buku itu dengan bantuan tuyul.

Anda pernah kehilangan apa?
Saya pernah kehilangan uang, pernah kehilangan hape, pernah kehilangan majalah, pernah kehilangan buku, dan ketika kehilangan, bukan main gelisahnya. Saya dongkol, saya marah, tapi setelah itu saya merenung, bertanya pada diri sendiri, mengapa saya marah?
Karena kehilangan, jawab saya sendiri.
Mengapa kehilangan? tanya saya lagi.
Karena saya mempunyai sesuatu. Jika saya tidak punya apapun, saya tidak akan kehilangan apapun, jawab saya juga.
Jadi, apa sebaiknya tidak punya apapun? Tanya saya lagi.
Bukan, justeru punya apapun itu harus. Tapi harus sabar jika kehilangan, jawab saya pula.
Bagaimana supaya bisa sabar? Tanya saya lagi.
SUPAYA SAYA BISA SABAR KETIKA KEHILANGAN, SAYA HARUS CINTA MEMBERI.

Itulah jawaban emasnya. Ketika jiwa ini saya tanami cinta memberi, kehilangan bukan masalah lagi. Kehilangan uang justeru memberikan kebahagiaan. Mudah-mudahan saja ditemukan orang, dimanfaatkan dan menjadi sedekah.
Demikianlah dengan Anda. Anda kehilangan apapun, relakan saja, semoga ada orang memanfaatkannya. Mohonlah kepada Alloh semoga jadi sedekah.
Atau seperti mahasiswi tadi. Dia kehilangan buku, dan buku itu milik orang lain. Mengapa dia harus panik? Kalau dia cinta memberi, tinggal berikan saja ganti rugi kepada orang yang meminjaminya buku, yaitu kepada saya. Haha. Kemudian buku yang hilang itu dia relakan sambil berharap kepada ALLOH, semoga buku itu dibaca dan dimanfaatkan orang lain, yang kemudian ALLOH mencatatkan menjadi sebuah sedekah.

Saya pernah meminjamkan uang kepada seseorang, dan sampai sekarang uang itu belum juga kembali. Awalnya saya pusing bagaimana saya harus menagihnya. Orang itu tinggal jauh. Dia di Jawa Timur, sedang saya di Jawab Barat. Kalau pun bertemu, belum tentu dia membayar. Mengingat itu seringkali membuat kepala pening. Mengapa tidak saya relakan saja? ketika saya relakan, rasanya dada ini begitu nyaman. Rela atau tidak, uang telah pergi. Mendingan rela, semoga itu menjadi sedekah. Dan biarlah ALLOH menggantinya untuk saya.
Petani yang cinta memberi tidak akan dipusingkan oleh hama. Gagal panen tidak akan membuatnya susah. Sebaliknya, dia malah gembira, sebab tanaman dia yang dimakan hama itu menjadi sedekah. Petani itu tahu Rosululoh pernah bersabda: “Tidak ada seorang muslim pun yang menanam suatu pohon atau bertani dengan suatu macam tanaman kemudian dimakan burung, manusia atau ternak melainkan hal itu akan menjadi sedekah baginya.” (Shahih Muslim No.2904)
Misalnya, semalam sebelum panen, ribuan tikus menyerang sawah. Padi habis tinggal jerami. Petani yang cinta memberi tidak akan berduka, sebaliknya dia bahagia, lapang hati dia relakan padinya semoga jadi sedekah. Tikus pun sama seperti kucing, sama seperti ayam, makhluq Alloh yang butuh makan. Memberi kepadanya sama-sama terhitung sedekah. Bukankah bahkan memberi kepada anjing saja bisa mengundang kasih sayang Alloh? Bukankah Anda pernah mendengar tentang seorang wanita tuna susila memberi minum anjing lalu dia menjadi ahli surga?
Seorang yang menjalankan bisnis memberi, hidupnya hanya untuk memberi. Yang ada dalam  jiwanya hanya ingin memberi—Maka harta hilang takkan pernah membuatnya menjadi susah. Dia bahagia karena bisa memberi.
Seorang yang berjiwa memberi tidak akan disusahkan oleh harta yang hilang.

No comments:

Post a Comment