Banyak orang tahu
manfaat infak, namun mereka malas bertindak. Mereka tahu janji-janji Alloh kepada
orang yang infaq, tetapi mereka tidak pernah mengamalkan infaq, maka mereka
tidak pernah merasakan sejahteranya hidup dengan berinfaq.
Banyak orang
mengumpulkan pengetahuan, dengan harapan pengetahuan itu bisa memberinya
kebaikan dan kekayaan. Padahal, pengetahuan tidak akan memberikan manfaat
apapun sampai dia diamalkan. Ilmu silat bukanlah ilmu silat sampai dia
dipraktikkan. Seorang jawara bukanlah orang pandai ceramah tentang silat,
jawara adalah orang bisa mempraktikkan jurus-jurus silat.
Banyak orang
mengaji mencari ilmu sejati, ilmu dihafalkannya, kitab dikumpulkannya, sambil
melatih diri terus ceramah dan dakwah, padahal ilmu sejati bukanlah kitab yang
berbaris, bukanlah ceramah yang lincah, bukan karya yang bertumpuk, namun, ilmu
sejati adalah ilmu yang diamalkan. Sebanyak apapun kitab yang Anda miliki,
sebanyak apapun hafalan yang Anda kuasai, Anda tetap tergolong bodoh jika Anda
tidak beramal.
Alkisah, ada
seorang guru yang sangat bijaksana. Dia mendirikan sekolah kehidupan bertempat
di puncak gunung. Terhampar indah di
bawahnya perkampungan penduduk dan pesawahan. Sekolah ini menarik, yakni
mengajarkan bagaimana setiap orang ingin hidup lebih baik, menyediakan diri
untuk menyepi sambil dibimbing oleh sang guru. Setelah dirasa cukup, setiap murid
yang dipandang mampu oleh sang guru, disuruh menyebarkan kebenaran-kebenaran
tentang kehidupan.
Ada seorang murid
yang dipandang pantas untuk segera menyebarkan ajarannya. Pemuda tersebut
cerdas, memiliki komitmen, visi, dan integritas yang tinggi. Namun sayang
sekali, dia mengalami kesulitan bicara alias gagu. Ketika sang guru mengatakan
kepadanya untuk segera turun gunung, si murid keberatan. Dia merasa belum
pantas, dia masih terlalu muda, dan lebih3dari itu, dia pun mengalami ganguan
berbicara.
“Wahai guruku,
terima kasih jika guru memandang saya mampu menyebarkan kebenaran. Seperti yang
guru ketahui, saya ini masih muda, dan pula, guru tahu sendiri, saya ini
mengalami gangguan bicara, tentu guru tidak ingin saya nantinya menjadi bahan
tertawaan.”
Sambil tersenyum,
guru ini meminta si pemuda menuliskan perasannya, ketika guru memberikan
sesuatu ke mulutnya. Ketika sang guru ini memberikan potongan mangga yang asam
kepada mulut si pemuda, ia pun menulis ”Asam.” Lalu, sang gur menyuapkan
potongan pepaya yang manis, ia pun segera menulis “manis”. Kemudian, sang guru
menyuruh memberikan kedua potong makanan tersebut kepada burung beo miliknya.
Ketika potongan mangga yang asam diberikan, burung beo ini berteriak
“Asam...asam” lalu burung beo tersebut diberikan potongan pepaya yang manis,
dan burung beo tersebut berteriak dengan suara keras “Asam...asam”.
Lalu sang guru
berkata, kebenaran bukanlah lisan yang fasih dan hafalan yang lancar saja,
kebenaran merupakan sesuatu yang diyakini, mengikuti semua bimbingan Tuhan, dan
tidak melanggar segala batasan-batasan-Nya. Orang lebih memercayai kebenaran
yang Anda lakukan dari pada yang hanya Anda ucapkan.
Begitulah betapa
pentingnya sebuah pengamalan.
Anda yang sekarang
sedang mempelajari agama, sesungguhnya Anda sedang berusaha menguasai
pengetahuan-pengetahuan tentang rahasia kehidupan dunia. Sebenarnya agama yang
Anda pelajari mengajarkan kunci-kunci menguasai dunia, yaitu dengan sedekah,
NAMUN KARENA ANDA TIDAK BERAMAL, kehidupan Anda tetap susah.
Jika Anda tak mau
beramal, Anda hanya laksana botol madu, meskipun setiap waktu botol itu
menyimpan madu, namun dia tak pernah tahu betapa manis dan berkhasiatnya madu.
Anda laksana sebuah tas, meski sehari-harinya membawa buku, namun tak pernah
sedikit pun tas itu tahu manfaat dari buku. Ilmumu bagaikan sebuah piano yang
tak pernah dimainkan. Sebenarnya piano itu bisa menyenandungkan lagu merdu,
namun karena tidak dimainkan, piano itu tidak pernah menyenandungkan lagu apa
pun.
No comments:
Post a Comment