Thursday 7 March 2013

MEREKA TAHU PETUNJUK TAPI MALAS BERAMAL




Banyak orang tahu manfaat infak, namun mereka malas bertindak. Mereka tahu janji-janji Alloh kepada orang yang infaq, tetapi mereka tidak pernah mengamalkan infaq, maka mereka tidak pernah merasakan sejahteranya hidup dengan berinfaq.
Banyak orang mengumpulkan pengetahuan, dengan harapan pengetahuan itu bisa memberinya kebaikan dan kekayaan. Padahal, pengetahuan tidak akan memberikan manfaat apapun sampai dia diamalkan. Ilmu silat bukanlah ilmu silat sampai dia dipraktikkan. Seorang jawara bukanlah orang pandai ceramah tentang silat, jawara adalah orang bisa mempraktikkan jurus-jurus silat.
Banyak orang mengaji mencari ilmu sejati, ilmu dihafalkannya, kitab dikumpulkannya, sambil melatih diri terus ceramah dan dakwah, padahal ilmu sejati bukanlah kitab yang berbaris, bukanlah ceramah yang lincah, bukan karya yang bertumpuk, namun, ilmu sejati adalah ilmu yang diamalkan. Sebanyak apapun kitab yang Anda miliki, sebanyak apapun hafalan yang Anda kuasai, Anda tetap tergolong bodoh jika Anda tidak beramal.
Alkisah, ada seorang guru yang sangat bijaksana. Dia mendirikan sekolah kehidupan bertempat di puncak  gunung. Terhampar indah di bawahnya perkampungan penduduk dan pesawahan. Sekolah ini menarik, yakni mengajarkan bagaimana setiap orang ingin hidup lebih baik, menyediakan diri untuk menyepi sambil dibimbing oleh sang guru. Setelah dirasa cukup, setiap murid yang dipandang mampu oleh sang guru, disuruh menyebarkan kebenaran-kebenaran tentang kehidupan.
Ada seorang murid yang dipandang pantas untuk segera menyebarkan ajarannya. Pemuda tersebut cerdas, memiliki komitmen, visi, dan integritas yang tinggi. Namun sayang sekali, dia mengalami kesulitan bicara alias gagu. Ketika sang guru mengatakan kepadanya untuk segera turun gunung, si murid keberatan. Dia merasa belum pantas, dia masih terlalu muda, dan lebih3dari itu, dia pun mengalami ganguan berbicara.
“Wahai guruku, terima kasih jika guru memandang saya mampu menyebarkan kebenaran. Seperti yang guru ketahui, saya ini masih muda, dan pula, guru tahu sendiri, saya ini mengalami gangguan bicara, tentu guru tidak ingin saya nantinya menjadi bahan tertawaan.”
Sambil tersenyum, guru ini meminta si pemuda menuliskan perasannya, ketika guru memberikan sesuatu ke mulutnya. Ketika sang guru ini memberikan potongan mangga yang asam kepada mulut si pemuda, ia pun menulis ”Asam.” Lalu, sang gur menyuapkan potongan pepaya yang manis, ia pun segera menulis “manis”. Kemudian, sang guru menyuruh memberikan kedua potong makanan tersebut kepada burung beo miliknya. Ketika potongan mangga yang asam diberikan, burung beo ini berteriak “Asam...asam” lalu burung beo tersebut diberikan potongan pepaya yang manis, dan burung beo tersebut berteriak dengan suara keras  “Asam...asam”.
Lalu sang guru berkata, kebenaran bukanlah lisan yang fasih dan hafalan yang lancar saja, kebenaran merupakan sesuatu yang diyakini, mengikuti semua bimbingan Tuhan, dan tidak melanggar segala batasan-batasan-Nya. Orang lebih memercayai kebenaran yang Anda lakukan dari pada yang hanya Anda ucapkan.
Begitulah betapa pentingnya sebuah pengamalan.
Anda yang sekarang sedang mempelajari agama, sesungguhnya Anda sedang berusaha menguasai pengetahuan-pengetahuan tentang rahasia kehidupan dunia. Sebenarnya agama yang Anda pelajari mengajarkan kunci-kunci menguasai dunia, yaitu dengan sedekah, NAMUN KARENA ANDA TIDAK BERAMAL, kehidupan Anda tetap susah.
Jika Anda tak mau beramal, Anda hanya laksana botol madu, meskipun setiap waktu botol itu menyimpan madu, namun dia tak pernah tahu betapa manis dan berkhasiatnya madu. Anda laksana sebuah tas, meski sehari-harinya membawa buku, namun tak pernah sedikit pun tas itu tahu manfaat dari buku. Ilmumu bagaikan sebuah piano yang tak pernah dimainkan. Sebenarnya piano itu bisa menyenandungkan lagu merdu, namun karena tidak dimainkan, piano itu tidak pernah menyenandungkan lagu apa pun.

No comments:

Post a Comment