Lebih
parahnya lagi, mereka pun saling menasihati untuk pelit. Maka semakin banyak
orang yang pelit, padahal, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, pelit itu
sumber kemiskinan dan kesulitan.
Saya
telah mencoba membicarakan sedekah kepada banyak orang. Semua mereka percaya
sedekah itu sebuah kebaikan, tetapi tak semua yakin sedekah itu jalan menuju
kekayaan. Hanya mereka yang telah mengalaminya saja yang percaya. Kebanyakan
orang yang saya ajak bicara mengatakan, sedekah karena menginginkan kekayaan
itu keliru. Tidak sepantasnya sedekah karena menginginkan balasan duniawi.
Lebih jelasnya, barangkali mereka ingin mengatakan, daripada sedekah karena
menginginkan kekayaan lebih baik tidak sedekah. Mereka lebih senang
mendahulukan kepentingan dirinya, yang lebih senang membelanjakan uangnya untuk
kemewahan dirinya, mengatakan sedekah untuk menggapai kekayaan itu kekeliruan.
Kata
mereka, sedekah untuk mencapai kekayaan itu tidak masuk akal, yang masuk akal
sajalah, jadikan uang itu modal bisnis, berusahalah dengan berdagang, atau
belikan tanah kemudian bertani. Jangan disedekahkan, nanti harta Anda habis
baru menyesal Anda.
Dalam
Al-Qur'an, orang yang saling menasihati untuk pelit tergolong orang munafiq.
“Orang-orang munafik laki-laki
dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh
membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan
tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka.
Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik. (Attaubah: 97).
Seperti
disebutkan dalam ayat di atas, orang yang kikir dan menyuruh orang lain berbuat
kikir adalah orang yang melupakan Alloh, yang tidak percaya Alloh pemberi
rizki, yang tidak yakin Alloh akan memberikan balasan kepadanya—mereka akan
dilupakan oleh Alloh.
Ya,
mereka akan dilupakan Alloh, dan apakah yang lebih menyedihkan daripada
dilupakan oleh Alloh. Sesungguhnya Alloh itu Maha Maha Kaya lagi Maha Pemberi,
namun karena kebanyakan manusia kikir dan saling menasihati untuk berbuat
kikir, Alloh pun mengabaikan mereka dan tidak memberikan kekayaan-Nya kepada
mereka.
Dalam ringkasan
Shahih Bukari, lebih jelas lagi diterangkan sifat orang-orang munafik yang
senang menghalangi orang-orang untuk sedekah ini. Abu Mas'ud r.a. berkata,
"Ketika turun ayat yang berisi perintah sedekah, maka kami membawakan barang-barang orang lain agar
mendapat upahnya. Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang bersedekah dengan
memberikan pemberian yang banyak sekali. Lalu, orang-orang munafik mengatakan,
'Orang itu sebenarnya hanya berbuat riya.' Datang pula lelaki lain yang
bersedekah dengan memberikan satu sha'. Lalu, orang-orang munafik itu
mengatakan, 'Sesungguhnya Allah benar-benar tidak memerlukan satu sha ini.'
Kemudian turunlah ayat 80 surah at Taubah, 'Orang-orang munafik yaitu
orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan
sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan)
selain sekadar kesanggupannya.'
Sifat
munafik inilah yang menyebabkan kebanyakan orang menjadi susah. Mereka berbuat
kemunkaran dan menyuruh orang lain berbuat munkar. Mereka berhati kikir, dan
mengajak orang lain untuk kikir. Mereka sebarkan kepada masyarakat kecintaan
terhadap harta, mereka ajak orang lain supaya pelit, supaya takut miskin,
supaya tidak memberi, dan mengajak orang lain supaya membelanjakan harta untuk
kemewahan, untuk permainan, melupakan orang dari bersedekah.
“(yaitu) orang-orang yang
kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia Allah
yang telah diberikan-Nya kepada mereka. Dan Kami telah menyediakan untuk
orang-orang kafir siksa yang menghinakan.” (Annisa:
37).
No comments:
Post a Comment