Mari kita bayangkan. Kita bayangkan seseorang yang hidup
hanya untuk memberi. Untuk dirinya sendiri, dia mengambil secukupnya saja,
sekedar memenuhi kebutuhan hidup yang pokok saja seperti makan dan minum.
Sisanya dia berikan kepada orang lain yang membutuhkan. Sebab dia yakin kepada
ALLOH yang sudah berjanji akan memberi berkali-kali lipat kepada orang yang
memberi.
Dan keyakinannya itu benar-benar terbukti, setelah dia
menjadi pemberi, kekayaannya semakin banyak, dan dia mendapatkan balasan dari
arah yang tidak disangka-sangka, dari arah mana saja. Karena ALLOH menyuruh
manusia supaya menceritakan nikmat yang Dia berikan kepadanya, orang itu pun
berusaha menuliskan kisah-kisah keberuntungannya itu, supaya nantinya dia bisa
membagikannya kepada orang lain, supaya orang lain pun mendapatkan kebahagiaan
yang sama dengan dirinya.
Dia semakin kaya dan semakin kaya, dan karena sangat
kaya, dia memberikan hartanya lagi kepada orang lain yang lebih banyak, kepada
anak yatim yang lebih banyak, kepada orang miskin yang lebih banyak, dan
kemudian dia mendapatkan yang lebih banyak lagi dan menjadi orang yang lebih
kaya lagi. Dan kemudian, karena dia tidak bisa lagi mengerjakan sendiri, maka
dia mempekerjakan orang lain
Dia juga berusaha mengajak orang-orang untuk meraih
kekayaan dengan cara senang memberi. Bukan karena dia ingin mengajarkan kepada
mereka supaya bersedekah karena ingin mendapatkan balasan dunia. Itu hanya
awal-awal, sebab kemudian, dia pun mengatakan kepada orang-orang: “Itulah
kemurahan ALLOH, maka karenanya, kita memberi jangan karena ingin mendapatkan
balasan. Kita memberi, seharusnya, karena cinta kepada ALLOH, dan mengharapkan
ridho-Nya.”
Dia mengajarkan orang lain senang memberi untuk
mendapatkan kekayaan yang lebih banyak hanyalah, untuk membersihkan sifat kikir
pada diri mereka, untuk mensejahterakan kehidupan mereka sendiri, mendapatkan
kemudahan dalam hidupnya, mampu menghidupi keluarga, dan supaya menjadi orang
yang senang menolong orang lain. Orang-orang yang kesehariannya hanya
mendapatkan uang satu dua ribu rupiah saja, dia jadikan mereka mendapatkan
penghasilan lebih banyak. Dia ingin mereka mendapatkan makanan yang enak,
pakaian dan tempat tinggal yang layak. Dan dia ingin membuat mereka mendapatkan
semua itu, bukan dengan meminta-minta, namun dengan karunia ALLOH.
Dia ingin menjadikan semua orang sadar, bahwa dalam
kehidupan dunia ini, orang beruntung yang sesungguhnya adalah, bukan orang yang
banyak mendapatkan, melainkan orang yang banyak memberikan.
Dia biarkan semua orang tahu dulu, dengan memberi mereka
bisa menjadi kaya, mudah-mudahan dengan begitu, mereka menjadi sadar betapa
benarnya janji ALLOH. Setelah mereka tahu ALLOH tidak pernah menyalahi
janji-Nya, semoga mereka sadar untuk bersedekah bukan karena balasan dunia,
melainkan karena ingin mendapakan ridho-Nya.
Mari kita bayangkan manusia dengan pola kehidupan seperti
itu, dan orang itu adalah kita.
KITA BELAJAR KEPADA SEMUT
Harun Yahya menulis: “Dalam masyarakat semut, tidak ada
seekor semut pun yang kelaparan. Makanan yang mereka temukan di luar, mereka
bawa ke kandang, dan mereka nikmati bersama. Kehidupan sosial mereka jauh lebih
maju ribuan kali dari kehidupan sosial manusia.”
Harun Yahya menulis: “Telah disebutkan bahwa semut hidup
berkoloni dan di antara mereka terdapat pembagian kerja yang sempurna. Kalau
dilihat lebih teliti, kita dapati sistem mereka memiliki struktur sosial yang
cukup menarik. Mereka pun mampu berkorban pada tingkat yang lebih tinggi
daripada manusia. Salah satu hal paling menarik dibandingkan manusia, mereka
tidak mengenal konsep semacam diskriminasi kaya-miskin atau perebutan
kekuasaan.”
Lihatlah kehidupan sosial manusia. Mereka lebih suka
mengumpulkannya daripada memberikannya kepada orang lain. Entah untuk apa
mereka begitu gila mengumpulkan hartanya, namun Alloh Yang Maha Mengetahui,
mengatakan bahwa mereka mengumpulkan hartanya, karena mereka mengira harta itu
akan mengekalkannya.
“Celakalah bagi setiap pengumpat dan
pencela
Yaitu orang yang mengumpulkan harta
dan menghitung-hitungnya
Mereka mengira harta itu akan
mengekalkannya.”
(Al-Humazah: 1-3)
No comments:
Post a Comment