Di
Barat, ada seorang pemuda bernama Charles Darrow. Waktu itu usianya 20 tahun
dan punya kekasih bernama Ester. Kepada kekasihnya itu dia menyampaikan, bahwa
dia ingin menjadi jutawan. Beberapa tahun kemudian keduanya menikah, namun
kenyataan yang mereka dapat jauh dari apa yang Charles impikan. Depresi ekonomi
yang hebat di negaranya membuat Charles kehilangan pekerjaan dan mobil. Rumah
digadaikan, tabungan pun semakin menipis. Merasa gagal sebagai seorang suami,
Charlers menyuruh istrinya meninggalkannya.
Tapi
Ester, sang istri bertahan. Dengan segala cara, ia meyakinkan suaminya bahwa,
sekalipun kehidupannya runtuh, mimpinya tidak boleh runtuh. Demi mempertahankan
mimpinya, Ester mengajak suaminya membayangkan apa saja yang akan mereka
lakukan jika mereka menjadi jutawan. Dia ajak suaminya membayangkan, kehidupan
seperti apa yang akan ia jalani nanti, dan apa yang akan mereka lakukan setelah
makan malam.
Kebiasaan
itu terus berjalan sampai suatu ketika Charles mendapatkan ilham untuk
menciptakan permainan uang. Dia terus mengotak-atik permainan itu sampai
akhirnya menjadi permainan monopoli. Sebuah permainan menarik dan mendunia.
Seorang pengusaha membeli hak cipta permainan itu dengan harga satu juta dolar
atau sekitar sepuluh milyar. Charles pun jadi jutawan.
Tidak
ada yang rugi jika kita punya mimpi. Asal terus fokus dan tidak pernah putus
asa, kita akan menemukan mimpi kita. Kita bermimpi menjadi pemimpin di bidang
kemanusiaa, kita menjadi pemimpin yang mengajak memberi, jangan pernah buang
mimpi itu, pertahankanlah, dan tetaplah besar harapan. Mimpi kita ingin
membangun kebaikan, maka dengan begitu saja, Alloh telah mencatat untuk kita
satu kebaikan.
Jika
si Charles saja, yang impiannya tidak dijamin seorang pun, bisa mencapai
impiannya, maka apalagi kita, di mana impian kita adalah impian yang sudah
dijamin ALLOH Yang Maha Kuasa, bahwa orang yang memberi akan diberikan banyak
keberuntungan, mengapa kita tidak besar harapan kita akan mencapai impian kita.
Kita menjadi pembesar dunia, pemimpin di bidang memberi.
No comments:
Post a Comment