Thursday 7 March 2013

HANYA MENGANDALKAN KEMAMPUAN SENDIRI




Diceritakan, seorang tukang cukur di Rusia bertanya kepada langganannya, apakah Tuhan itu ada. Si langganan menjawab, tentu saja ada. Tukang cukur menentang, menurut saya Tuhan itu tidak ada. Si langganan heran, bagaimana Anda berkata begitu. Kata si tukang cukur, kalau memang Tuhan itu ada mengapa ada orang miskin, katanya Tuhan itu Maha Pemurah dan Maha Penolong.
Si langganan mencari jawaban untuk mematahkan perdapat tukang cukur, tapi dia tidak menemukannya. Sampai cukuran selesai, dia belum menemukannya juga. Barulah, setelah dia keluar dari tempat si tukang cukur, dan hampir ke jalan melihat ada orang gila yang kusut dan gondrong, barulah dia menemukan jawabannya. Setelah dia melihat orang gila itu, si pelanggan kembali ke tukang cukur, dan langsung berkata, wahai tukang cukur, menurut saya, justeru yang tidak ada di dunia ini adalah tukang cukur.
Si tukang cukur bertanya heran, bagaimana Anda berkata begitu padahal baru saja rambutmu dicukur. Kata si pelanggan, baru saja di jalan saya melihat ada orang gila berambut gondorng lewat, kalau memang di dunia ini ada tukang cukur, tentulah tidak akan ada orang yang berambut gondrong kusut begitu, pastilah orang gondrong itu rambutnya sudah pendek dan rapi.
Mendengar itu, si tukang cukur tersenyum dan katanya, tentu saja karena dia tidak datang ke tukang cukur, kalau dia datang ke tukang cukur, pasti rambutnya rapi, bukan tukang cukur yang tidak ada, dia saja yang tidak datang ke tukang cukur.
Nah, sama halnya dengan Tuhan, kata si pelanggan, adanya orang susah di dunia, bukan karena Tuhan tidak ada, orang itu saja yang tidak datang kepada Tuhan. Kalau saja dia datang kepada Tuhan minta keluar dari kesusahan, pastilah Tuhan hilangkan kesusahannya.

*   *   *

Orang susah kaya antara lain karena, mereka hanya mengandalkan kemampuan dirinya. Mereka tidak datang kepada Alloh. Mereka tidak meminta bantuan Alloh. Mereka mengaku percaya diri, yakin dengan kemampuan dirinya, tapi kurang yakin dengan ampuhnya pertolongan Alloh.
Yang mereka yakini hanya, bahwa kekayaan hanya akan diraih dengan kerja habis-habisan. Hanya orang yang mengerahkan segenap tenaganya, tanpa kenal lelah, tanpa kenal waktu, mereka itulah yang akan kaya menurut mereka. Mereka yang mencangkul sejak gelap hingga gelap, mereka yang berdagang non stop dua puluh empat jam, para maniak kerja, menurut mereka, orang seperti itulah yang akan sukses menggapai kekayaan. Menurut mereka. 
Sama sekali mereka tidak percaya, mereka bisa kaya dengan karunia Alloh, dengan kekayaan Alloh, dan dengan kehendak Alloh. Mata mereka tidak bisa melihat, bahwa sebenarnya perbendaharaan langit dan bumi ini milik Alloh, dan Alloh bisa dengan mudah menganugerahkan kekayaan-Nya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Mereka hanya tahu kekuatan sendiri, tidak tahu kekuatan Alloh, mereka hanya melihat harta benda dunia, dan tidak pernah memikirkan siapakah pemilik sesungguhnya. Mereka hanya mengandalkan kemampuan dirinya sendiri.
Padahal, kebiasaan mengandalkan kemampuan sendiri hanya layak dilakukan oleh orang-orang yang tidak ber-Tuhan. Mereka yang hidup sebagai atheis, merekalah yang lebih pantas melupakan kekuasaan Alloh dalam setiap hasrat yang ingin mereka raih. Sedangkan orang beragama seperti kita, tidak sepantasnya hanya mengandalkan diri sendiri. Orang yang mengaku dirinya beragama seharusnya senantiasa yakin, ada yang lebih berkuasa dan lebih mampu dari dirinya, yaitu Penciptanya.
Dalam sebuah perjalanan, saya pernah numpang sebuah travel mobil mewah. Lupa lagi mobil itu apa mereknya, yang  saya ingat hanyalah, bahwa saat itu sopirnya adalah seorang Nashrani. Saya tahu agamanya karena saya banyak bertanya ini itu kepadanya. Saya tanya segala hal termasuk ajaran agamanya, dan salah satu perkataan dia yang masih sangat saya ingat adalah, ketika dia mengutip salah satu kata-kata dari Al-Kitab :”Celakalah orang yang mengandalkan dirinya sendiri.”
“Apakah mereka mengira tidak ada seorang pun yang berkuasa atas dirinya.” (Al-Balad: 5).

No comments:

Post a Comment