Kreatifitas
menjadi sangat penting jika Anda ingin menjadi pemberi. Sampah-sampah di
lingkungan, yang pada mulanya dipandang tak berguna, dengan kreatifitas, barang
itu bisa kembali menjadi barang berguna. Salah seorang dosen saya, tamatan
program pascasarjana Pendidikan Seni Rupa UPI Bandung, benar-benar
mempraktikkan seni rupa di rumahnya. Dari sebuah bakul bekas, dia membuat
jembangan besar untuk bonsainya. Bakul itu dia cor dengan semen, dan agar lebih
bagus,dia campurkan kelereng di sekelilingnya. Jembangan itu tampil indah di
depan rumahnya, dia sirami bonsainya setiap hari, dan dialah yang melakukannya,
bukan istrinya. Dengan begini dia bisa beribadah menyenangkan istrinya, dan
katika saya bertamu, dia bisa berbagi pegetahuannya ini dengan saya, dan
membuat saya bisa berbagi pula pengetahuan dengan pembaca. Kebaikan memang
menghasilkan kebaikan.
Untuk
memiliki jiwa memberi, penting sekali kita punya kreatifitas. Secara
serampangan saya membuka buku Psikologi Pembelajaran karangan Prof.Dr.H.
Mohammad Asrori, M.Pd.Saya cari di dalamnya berbagai teori tentang kreatifitas.
Di dalam bukunya ini sang profesor memaparkan arti kreatifitas menurut
Torrance. Ialah suatu proses kemampuan memahami kesenjangan-kesenjangan atau
hambatan-hambatan dalam hidupnya, merumuskan hipotesis-hipotesis baru, dan
mengkomunikasikan hasil-hasilnya, serta sedapat mungkin memodifkasi dan menguji
hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan.
Dari
devinisi ini saja kita mendapatkan beberapa pelajaran, tentang cara supaya kita
menjadi pribadi yang kreatif. Pertama, kemampuan memahami
kesenjangan-kesenjangan dan permasalahan-permasalahan dalam hidup. Artinya,
tahap pertama untuk menjadi kreatif adalah kejelian untuk menangkap kesenjangan-kesenjangan
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Kesenjangan adalah perbedaan antara
apa yang seharusnya terjadi dengan kenyataan yang terjadi. Sebagai contoh saya
sendiri. Seharusnya, seorang laki-laki seusia saya, yang usinya sudah 27 tahun,
dan sudah mempunyai seorang istri, bisa menghasilkan uang banyak dan
bertanggung jawab terhadap keluarga, bisa menafkahi istri, namun kenyataan
yangterjadi justeru sebaliknya, bukan saya yang menafkahi, bahkan istri
terkadang yang memberi makan kepada saya. Ini sebuah kesenjangan, dan pasti Anda
bisa menilai, bahwa ini sebuah kesenjangan yang sangat memalukan.
Ini
memalukan, namun ini kenyataan! Dan saya harus mengakuinya sebagai tahap awal
membina kreatifitas, yang kemudian harus saya tindak lanjuti dengan tahap
berikutnya, yaitu merumuskan hipotesis-hipotesis baru. Kesenjangan yang terjadi
pada diri saya—yaitu sudah dewasa dan berrumah tangan namun tidak juga
menghasilkan uang yang cukup untuk menafkahi keluarga—menuntun saya untuk
membuat sebuah teori tentang bagaimanakah caranya supaya saya bisa menghasilkan
uang lebih banyak, lebih cepat dan lebih mudah. Maka saya—berdasarkanpengetahuan
dari bacaan-bacaan dan pengalaman-pengalaman—kemudianmerumuskan sebuah teori,
bahwa supaya saya bisa menghasilkan uang lebih banyak, lebih cepat dan lebih
mudah, saya harus menjadi orang yang berjiwa memberi, sebab memberi dengan
ikhlas adalah jalan untuk mendapatkan anugerah melimpah dari Alloh dengan cepat
dan mudah.
Demikianlah
hipotesis yang telah saya susun, dan inilah saatnya saya menjalankan tahap
ketiga, yaitu menguji hipotesis itu. Saya harus mau mempratikkan apa yang telah
saya rumuskan. Saya harus membuktikan, bahwa dengan memberi rizki saya bisa
melimpah dan uang saya lebih banyak. Saya harus membuktikan bahwa dengan banyak
memberi saya bisa sejahtera. Saya harus berjalan keliling kampung, mencari orang
miskin, menemui anak-anak yatim, orang yang meminta-minta di jalanan, dan
memberi kepada mereka.
Saya
pun mencoba mempraktikkannya, dan benar saja, dengan banyak memberi, keuangan
saya jadi lebih mudah, rizki saya jadi lebih banyak. Dan kalau sudah begitu,
inilah saatnya saya melakukan tahap terakhir, yaitu mengkomunikasikan
hasil-hasilnya. Dalam devinisi di atas, mengkomunikasikan tidak disimpan di
bagian akhir, namun menurut saya, justeru di tahap akhirlah mengkomunikasikan
itu harus ada. Setelah saya bisa mempraktikkan dan membuktikan kebenaran dari
keajaiban memberi untuk kesejahteraan hidup, barulah saya mengkomunikaskan ini
kepada orang lain. Dalam Islam, ini istilahnya dakwah, mengajak orang lain. Dan
yang saya lakukan adalah, menyusun ceramah dan tulisan-tulisan yang memaparkan
indah dan nikmatnya kebiasaan memberi.
Jika
Anda ingin memberi lebih banyak, KREATIFLAH!
No comments:
Post a Comment