Thursday, 7 March 2013

JIKA INGIN LEBIH BANYAK MEMBERI, JADILAH ORANG KREATIF



Kreatifitas menjadi sangat penting jika Anda ingin menjadi pemberi. Sampah-sampah di lingkungan, yang pada mulanya dipandang tak berguna, dengan kreatifitas, barang itu bisa kembali menjadi barang berguna. Salah seorang dosen saya, tamatan program pascasarjana Pendidikan Seni Rupa UPI Bandung, benar-benar mempraktikkan seni rupa di rumahnya. Dari sebuah bakul bekas, dia membuat jembangan besar untuk bonsainya. Bakul itu dia cor dengan semen, dan agar lebih bagus,dia campurkan kelereng di sekelilingnya. Jembangan itu tampil indah di depan rumahnya, dia sirami bonsainya setiap hari, dan dialah yang melakukannya, bukan istrinya. Dengan begini dia bisa beribadah menyenangkan istrinya, dan katika saya bertamu, dia bisa berbagi pegetahuannya ini dengan saya, dan membuat saya bisa berbagi pula pengetahuan dengan pembaca. Kebaikan memang menghasilkan kebaikan.
Untuk memiliki jiwa memberi, penting sekali kita punya kreatifitas. Secara serampangan saya membuka buku Psikologi Pembelajaran karangan Prof.Dr.H. Mohammad Asrori, M.Pd.Saya cari di dalamnya berbagai teori tentang kreatifitas. Di dalam bukunya ini sang profesor memaparkan arti kreatifitas menurut Torrance. Ialah suatu proses kemampuan memahami kesenjangan-kesenjangan atau hambatan-hambatan dalam hidupnya, merumuskan hipotesis-hipotesis baru, dan mengkomunikasikan hasil-hasilnya, serta sedapat mungkin memodifkasi dan menguji hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan.
Dari devinisi ini saja kita mendapatkan beberapa pelajaran, tentang cara supaya kita menjadi pribadi yang kreatif. Pertama, kemampuan memahami kesenjangan-kesenjangan dan permasalahan-permasalahan dalam hidup. Artinya, tahap pertama untuk menjadi kreatif adalah kejelian untuk menangkap kesenjangan-kesenjangan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Kesenjangan adalah perbedaan antara apa yang seharusnya terjadi dengan kenyataan yang terjadi. Sebagai contoh saya sendiri. Seharusnya, seorang laki-laki seusia saya, yang usinya sudah 27 tahun, dan sudah mempunyai seorang istri, bisa menghasilkan uang banyak dan bertanggung jawab terhadap keluarga, bisa menafkahi istri, namun kenyataan yangterjadi justeru sebaliknya, bukan saya yang menafkahi, bahkan istri terkadang yang memberi makan kepada saya. Ini sebuah kesenjangan, dan pasti Anda bisa menilai, bahwa ini sebuah kesenjangan yang sangat memalukan.
Ini memalukan, namun ini kenyataan! Dan saya harus mengakuinya sebagai tahap awal membina kreatifitas, yang kemudian harus saya tindak lanjuti dengan tahap berikutnya, yaitu merumuskan hipotesis-hipotesis baru. Kesenjangan yang terjadi pada diri saya—yaitu sudah dewasa dan berrumah tangan namun tidak juga menghasilkan uang yang cukup untuk menafkahi keluarga—menuntun saya untuk membuat sebuah teori tentang bagaimanakah caranya supaya saya bisa menghasilkan uang lebih banyak, lebih cepat dan lebih mudah. Maka saya—berdasarkanpengetahuan dari bacaan-bacaan dan pengalaman-pengalaman—kemudianmerumuskan sebuah teori, bahwa supaya saya bisa menghasilkan uang lebih banyak, lebih cepat dan lebih mudah, saya harus menjadi orang yang berjiwa memberi, sebab memberi dengan ikhlas adalah jalan untuk mendapatkan anugerah melimpah dari Alloh dengan cepat dan mudah.
Demikianlah hipotesis yang telah saya susun, dan inilah saatnya saya menjalankan tahap ketiga, yaitu menguji hipotesis itu. Saya harus mau mempratikkan apa yang telah saya rumuskan. Saya harus membuktikan, bahwa dengan memberi rizki saya bisa melimpah dan uang saya lebih banyak. Saya harus membuktikan bahwa dengan banyak memberi saya bisa sejahtera. Saya harus berjalan keliling kampung, mencari orang miskin, menemui anak-anak yatim, orang yang meminta-minta di jalanan, dan memberi kepada mereka.
Saya pun mencoba mempraktikkannya, dan benar saja, dengan banyak memberi, keuangan saya jadi lebih mudah, rizki saya jadi lebih banyak. Dan kalau sudah begitu, inilah saatnya saya melakukan tahap terakhir, yaitu mengkomunikasikan hasil-hasilnya. Dalam devinisi di atas, mengkomunikasikan tidak disimpan di bagian akhir, namun menurut saya, justeru di tahap akhirlah mengkomunikasikan itu harus ada. Setelah saya bisa mempraktikkan dan membuktikan kebenaran dari keajaiban memberi untuk kesejahteraan hidup, barulah saya mengkomunikaskan ini kepada orang lain. Dalam Islam, ini istilahnya dakwah, mengajak orang lain. Dan yang saya lakukan adalah, menyusun ceramah dan tulisan-tulisan yang memaparkan indah dan nikmatnya kebiasaan memberi.
Jika Anda ingin memberi lebih banyak, KREATIFLAH!

No comments:

Post a Comment