Thursday, 7 March 2013

JALAN MUDAH MENUJU NIKAH



Anda masih lajang?  Ingin segera menikah? Inginkah rumah tanggamu sakinah?
Memberilah!!!
Biasanya kebanyakan pemuda, ketika mereka ingin menikah, mereka berpikir dulu bagaimana membangun bisnis. Semacam penumbuh rasa percaya diri mereka, untuk menjalani rumah tangga. Dia berharap dari bisnis itu, bisa membiayai pernikahan, rumah tangga, dan segala kebutuhannya sampai tua.
Tidak usah repot-repot. Memberilah, dan Anda akan dimudahkan menikah. Memberilah, dan rumah tanggamu insya Alloh sakinah. Buku “Percepatan Rezeki” karya Ipho Santosa mengatakan, berinfak bisa mendatangkan jodoh. Saya pun pernah membaca di buku “Menjadi Kaya Dengan Sedekah” karya Muhsin Sunny, kisah seorang wanita yang tidak juga mendapatkan jodoh. Dia berkonsultasi kepada seorang kiai dan kiai itu menyarankannya untuk sedekah jariyah. Si wanita menginfakkan harta untuk pembangunan mesjid, dan, tak tanggung-tanggung, sampai ada tiga orang pria yang datang melamarnya.
Saya sendiri punya pengalaman pribadi tentang ini. Saya rasakan keinginan menikah semenjak di SLTA. Teman seusia berpacaran, saya sendiri merasa tidak leluasa karena ajaran agama saya melarangnya. Satu-satunya jalan cinta mencintai dengan wanita secara halal adalah dengan menikah. Saya ingin segera menikah, maka seperti yang dilakukan kebanyakan pemuda, saya mulai berpikir mencari penghasilan.
Dalam sebuah pameran di Kota Kabupaten, saya bertemu dengan seorang penjual buku. Usianya sama seperti saya, masih belajar di SLTA. Saya tertarik dengan keberaniannya buka usaha, padahal masih sangat muda. Saya puji giat kerjanya, dan saya katakan ingin seperti dia. Mendengar itu, antusias dia tawari saya jualan. Dia persilahkan saya membawa barangnya, kemudian, jika laku, dia berjanji akan memberi saya komisi. Saya tertarik.
Dia mengatakan akan memberi barang jika saya datang ke kiosnya, dekat lampu merah Lapangan Lokasana Kota Ciamis. Belajar saya di kelas jadi tak khusyuk setiap kali ingat tawarannya. Saya ingin seperti dia, mencoba berjualan buku. Belajar di kelas saya tinggalkan, naik angkutan umum, turun di alun-alun, lalu berjalan jauh mencari kios anak itu, namun ketika sampai di kiosnya, pintunya tutup, anak itu tak ada. Saya kecewa. Namun tidak putus asa, kali lain, ketika ada kesempatan, datang lagi saya ke sana, namun sama, kiosnya itu masih tutup. Kata orang di sana, anak SMA itu sekarang sudah pulang ke Bandung. Saya pulang dengan persendian terasa lemas.
Itulah kali pertama saya belajar mencari uang, dan ternyata gagal. Bahkan saya gagal sebelum sempat mengerjakannya. Barulah keinginan itu kesampaian setelah keluar sekolah. Seorang pemilik toko buku mempercayakan buku-bukunya untuk saya jual di jalanan. Dan jadilah saya pedagang kaki lima yang berpindah-pindah. Seperti anak mau mesantren, saya berjalan kesana-kemari memikul kardus. Ada pameran, kardus kupikul ke pameran, ada pengajian, kupikul kardus ke emperan mesjid, ada pacara pemberangkatan haji, kupikul kardus ke gedung dakwah. Pernah sekali wakti diusir tim keamanan karena mengganggu ketertiban. Menyedihkan sekali kalau dipikir-pikir.
Singkat cerita, jualan berjalan melelahkan, tapi laba...nyaris nol. Uang memang dapat, namun sedikit, hanya cukup untuk makan. Harapan menikah mulai layu.
Jual buku berhenti, ganti kerja di studio foto. Nah, barulah di sini, uang saya cukup. Bahkan lebih dari cukup. Saking banyaknya uang, seringkali saya membuka lemari pakaian, tanpa diduga-duga, dari antara celah baju, amplop gaji terlempar keluar. Makan nikmat, uang banyak, dan pekerjaan cukup mudah. Tak harus panas-pansan, tak perlu angkat beban, tinggal memotret, mengedit foto, atau menulis. Harapan menikah mulai bangun.
Sialnya, saya tidak punya keterampilan dalam berpacaran. Beberapa kali mencoba mendekati wanita, badan saya kaku dan membeku seperti es, dan ketika mereka memperlihatkan lampu merah, saya melihatnya sebagai api, dan saya kepanasan. Badan yang sudah jadi es, meleleh hancur tak tertolong lagi. Harapan menikah hilang. Mencari jodoh ternyata susah. Adapaun guru ngaji yang menawari saya jodoh, bisanya hanya berjanji. Dan janjinya hanya sebatas janji, yang saya rasakan hanyalah perihnya hati.
Merasakan lesunya perasaan, akhirnya saya putuskan, lebih baik keluar kerja. Tak peduli cari kerja susah, tak peduli nantinya nganggur, pokoknya saya ingin keluar. Saya ingin mencari cara baru, kehidupan baru, dan jalan baru menuju nikah. Entah apa jalan yang akan saya tempuh, namun saya akan mencarinya.
Untuk sementara, usaha menuju nikah saya tunda. Saya keluar kerja, dan saya mencoba menjalani kehidupan dengan cara berbeda. Yaitu sebuah kehidupan yang tegak bukan ditopang harta, tapi, saya, hanya ingin bergantung kepada Alloh. Hanya kepada Alloh. Cara hidup biasa-biasa hanya akan menjadikan saya manusia biasa. Dengan cara hidup luar biasa, saya ingin menjadi manusia luar biasa. Saya ingin mewujudkan keajaiban.
Saya membaca Al-Qur'an, dan di dalamnya banyak sekali kisah keajaiban. Saya yakin seyakin-yakinnya, kisah itu nyata bukan rekayasa. Dan saya yakin, Alloh mengisahkan kisah-kisah keajaiban itu, bukan untuk pamer, bukan untuk gagah-gagahan. Bukan. Maha Suci Alloh dari perbuatan sia-sia. Dia menurunkan Al-Qur'an untuk menjadi pedoman, bimbingan bagi kehidupan. Keajaiban-keajaiban yang Alloh terangkan dalam Al-Qur'an, saya jadikan itu sebagai bimbingan, bahwa saya pun, jika benar-benar mengikuti perintah Alloh, saya bisa mewujudkan keajaiban. Dengan pertolongan-Nya tentu saja.
Salah satu perintah-Nya yang coba saya jalankan adalah sedekah, atau berinfak di jalan Alloh, atau memberi. Saya senang memberi kepada anak-anak yatim, menggunakan uang untuk belanja keperluan anak-anak mengaji, atau kebutuhan menambah ilmu saya sendiri, sebab Alloh berjanji, akan melipatgandakan rezeki orang yang menginfakkan harta di jalan-Nya.
Dan masya Alloh. Janji Alloh tidak diingkari-Nya, rasanya saya begitu kaya. Saya rasakan kehidupan yang sangat leluasa, leluasa seleluasa-leluasanya. Setelah keluar kerja ini, saya punya banyak waktu membaca, menulis, mengajar anak, berkunjung ke perpustakaan, dan berjalan-jalan ke mana suka.
Seseorang mempersilahkan saya tinggal di rumahnya, menjamin makan, tidur, dan mandi saya tanpa menuntut apa pun. Tuan rumah tak pernah menyuruh saya kerja apapun walau hanya menyapu lantai. Saya benar-benar bebas. Kebiasaan bersedekah benar-benar membuat kehidupan saya semakin berkah.
Semakin hari, semakin saya yakin keajaiban berinfak. Maka saya tekan keras hati saya agar lebih murah berinfak. Saya sisihkan sebagian uang untuk memberi, memberi kepada anak yatim, membelikan mereka makanan,  dibelanjakan fasilitas belajar anak-anak ngaji, dan membagi-bagikan uang kepada mereka.
Suatu hari terjadi bencana besar di Jogjakarta. Gempa bumi yang meluluhlantakkan bangunan-bangunan di sana dan melukai orang-orang. Kemudian orang-orang menggalang dana, dan saya dipinta uang oleh mereka sepuluh ribu. Berat rasanya saya memberi, namun segera saya sadar. Saya ingatkan diri saya, bahwa, INI KESEMPATAN. Rasa berat ini menunjukkan besarnya pahala. Dan, orang yang datang kepadaku mengumpulkan sedekah, dia pasti utusan Alloh kepada saya, karena Alloh ingin memberikan kebaikan pada saya.
Dan sebuah keajaiban besar pun terjadi. Saya yang anak jalanan, tinggal di rumah orang, dengan penghasilan tak tetap dan masa depan kurang jelas, tiba-tiba dimudahkan menikah. Alloh menolong saya dengan kasih sayang-Nya. Seorang lelaki baik hati butuh pengurus untuk pesantrennya, maka dia menikahkan saya dengan sepupunya. Perempuan yang dinikahkan kepada saya itu seorang muslimah baik hati, punya orang tua baik hati, dan para kerabat baik hati pula. Mereka tanggung biaya nikah saya, mereka bangunkan untuk saya sebuah rumah lengkap dengan segala peralatannya, plus sebuah warung kecil tempat kami mencari nafkah.
Kini mantaplah sudah keyakinan ini, bisnis memberi memudahkan saya menggapai nikah. Jika saya ingin menikah yang kedua kalinya, tepatkan kutempuh dengan jalan sedekah? Hahaha. Ssstt, jangan ribut ya!!!
Tapi, tapi tunggu! Sepertinya saya mendengar teriakan istri saya :”Kalau Kamu ingin menikah, silahkan saja, degan satu syarat. Ceraikan dulu aku!!!!”
Haha.
Begitulah Teman. Jalanilah bisnis memberi, dan Anda dimudahkan menuju nikah.
Bagaimana dengan Anda? Anda mau mencobanya? Cobalah, dan buktikanlah.

5 comments:

  1. mf brapa lama sedekah di blas.sy sdah coba sedekah kok blum tampak tanda" itu.

    ReplyDelete
  2. Permisi Numpang Promo
    Refiza Souvenir menyediakan berbagai macam souvenir tasbih dan souvenir Buku Yasin. cek katalog kita di www.refiza.com

    ReplyDelete
  3. Di dasarilah dgn puasa wajib maupun sunah.

    ReplyDelete
  4. Jadi tertarik untuk mengikuti jejak penulis

    ReplyDelete