Anda masih
lajang? Ingin segera menikah? Inginkah
rumah tanggamu sakinah?
Memberilah!!!
Biasanya
kebanyakan pemuda, ketika mereka ingin menikah, mereka berpikir dulu bagaimana
membangun bisnis. Semacam penumbuh rasa percaya diri mereka, untuk menjalani
rumah tangga. Dia berharap dari bisnis itu, bisa membiayai pernikahan, rumah
tangga, dan segala kebutuhannya sampai tua.
Tidak usah
repot-repot. Memberilah, dan Anda akan dimudahkan menikah. Memberilah, dan
rumah tanggamu insya Alloh sakinah. Buku “Percepatan Rezeki” karya Ipho Santosa
mengatakan, berinfak bisa mendatangkan jodoh. Saya pun pernah membaca di buku
“Menjadi Kaya Dengan Sedekah” karya Muhsin Sunny, kisah seorang wanita yang
tidak juga mendapatkan jodoh. Dia berkonsultasi kepada seorang kiai dan kiai
itu menyarankannya untuk sedekah jariyah. Si wanita menginfakkan harta untuk
pembangunan mesjid, dan, tak tanggung-tanggung, sampai ada tiga orang pria yang
datang melamarnya.
Saya sendiri punya
pengalaman pribadi tentang ini. Saya rasakan keinginan menikah semenjak di
SLTA. Teman seusia berpacaran, saya sendiri merasa tidak leluasa karena ajaran
agama saya melarangnya. Satu-satunya jalan cinta mencintai dengan wanita secara
halal adalah dengan menikah. Saya ingin segera menikah, maka seperti yang
dilakukan kebanyakan pemuda, saya mulai berpikir mencari penghasilan.
Dalam sebuah
pameran di Kota Kabupaten, saya bertemu dengan seorang penjual buku. Usianya
sama seperti saya, masih belajar di SLTA. Saya tertarik dengan keberaniannya buka
usaha, padahal masih sangat muda. Saya puji giat kerjanya, dan saya katakan ingin
seperti dia. Mendengar itu, antusias dia tawari saya jualan. Dia persilahkan
saya membawa barangnya, kemudian, jika laku, dia berjanji akan memberi saya
komisi. Saya tertarik.
Dia mengatakan
akan memberi barang jika saya datang ke kiosnya, dekat lampu merah Lapangan Lokasana
Kota Ciamis. Belajar saya di kelas jadi tak khusyuk setiap kali ingat
tawarannya. Saya ingin seperti dia, mencoba berjualan buku. Belajar di kelas
saya tinggalkan, naik angkutan umum, turun di alun-alun, lalu berjalan jauh
mencari kios anak itu, namun ketika sampai di kiosnya, pintunya tutup, anak itu
tak ada. Saya kecewa. Namun tidak putus asa, kali lain, ketika ada kesempatan,
datang lagi saya ke sana, namun sama, kiosnya itu masih tutup. Kata orang di
sana, anak SMA itu sekarang sudah pulang ke Bandung. Saya pulang dengan
persendian terasa lemas.
Itulah kali
pertama saya belajar mencari uang, dan ternyata gagal. Bahkan saya gagal
sebelum sempat mengerjakannya. Barulah keinginan itu kesampaian setelah keluar
sekolah. Seorang pemilik toko buku mempercayakan buku-bukunya untuk saya jual
di jalanan. Dan jadilah saya pedagang kaki lima yang berpindah-pindah. Seperti
anak mau mesantren, saya berjalan kesana-kemari memikul kardus. Ada pameran,
kardus kupikul ke pameran, ada pengajian, kupikul kardus ke emperan mesjid, ada
pacara pemberangkatan haji, kupikul kardus ke gedung dakwah. Pernah sekali
wakti diusir tim keamanan karena mengganggu ketertiban. Menyedihkan sekali
kalau dipikir-pikir.
Singkat cerita,
jualan berjalan melelahkan, tapi laba...nyaris nol. Uang memang dapat, namun
sedikit, hanya cukup untuk makan. Harapan menikah mulai layu.
Jual buku
berhenti, ganti kerja di studio foto. Nah, barulah di sini, uang saya cukup.
Bahkan lebih dari cukup. Saking banyaknya uang, seringkali saya membuka lemari
pakaian, tanpa diduga-duga, dari antara celah baju, amplop gaji terlempar
keluar. Makan nikmat, uang banyak, dan pekerjaan cukup mudah. Tak harus
panas-pansan, tak perlu angkat beban, tinggal memotret, mengedit foto, atau
menulis. Harapan menikah mulai bangun.
Sialnya, saya
tidak punya keterampilan dalam berpacaran. Beberapa kali mencoba mendekati
wanita, badan saya kaku dan membeku seperti es, dan ketika mereka
memperlihatkan lampu merah, saya melihatnya sebagai api, dan saya kepanasan.
Badan yang sudah jadi es, meleleh hancur tak tertolong lagi. Harapan menikah
hilang. Mencari jodoh ternyata susah. Adapaun guru ngaji yang menawari saya
jodoh, bisanya hanya berjanji. Dan janjinya hanya sebatas janji, yang saya
rasakan hanyalah perihnya hati.
Merasakan lesunya
perasaan, akhirnya saya putuskan, lebih baik keluar kerja. Tak peduli cari
kerja susah, tak peduli nantinya nganggur, pokoknya saya ingin keluar. Saya
ingin mencari cara baru, kehidupan baru, dan jalan baru menuju nikah. Entah apa
jalan yang akan saya tempuh, namun saya akan mencarinya.
Untuk sementara,
usaha menuju nikah saya tunda. Saya keluar kerja, dan saya mencoba menjalani
kehidupan dengan cara berbeda. Yaitu sebuah kehidupan yang tegak bukan ditopang
harta, tapi, saya, hanya ingin bergantung kepada Alloh. Hanya kepada Alloh.
Cara hidup biasa-biasa hanya akan menjadikan saya manusia biasa. Dengan cara
hidup luar biasa, saya ingin menjadi manusia luar biasa. Saya ingin mewujudkan
keajaiban.
Saya membaca Al-Qur'an,
dan di dalamnya banyak sekali kisah keajaiban. Saya yakin seyakin-yakinnya,
kisah itu nyata bukan rekayasa. Dan saya yakin, Alloh mengisahkan kisah-kisah
keajaiban itu, bukan untuk pamer, bukan untuk gagah-gagahan. Bukan. Maha Suci
Alloh dari perbuatan sia-sia. Dia menurunkan Al-Qur'an untuk menjadi pedoman,
bimbingan bagi kehidupan. Keajaiban-keajaiban yang Alloh terangkan dalam
Al-Qur'an, saya jadikan itu sebagai bimbingan, bahwa saya pun, jika benar-benar
mengikuti perintah Alloh, saya bisa mewujudkan keajaiban. Dengan pertolongan-Nya
tentu saja.
Salah satu
perintah-Nya yang coba saya jalankan adalah sedekah, atau berinfak di jalan
Alloh, atau memberi. Saya senang memberi kepada anak-anak yatim, menggunakan
uang untuk belanja keperluan anak-anak mengaji, atau kebutuhan menambah ilmu
saya sendiri, sebab Alloh berjanji, akan melipatgandakan rezeki orang yang
menginfakkan harta di jalan-Nya.
Dan masya Alloh.
Janji Alloh tidak diingkari-Nya, rasanya saya begitu kaya. Saya rasakan kehidupan
yang sangat leluasa, leluasa seleluasa-leluasanya. Setelah keluar kerja ini, saya
punya banyak waktu membaca, menulis, mengajar anak, berkunjung ke perpustakaan,
dan berjalan-jalan ke mana suka.
Seseorang mempersilahkan
saya tinggal di rumahnya, menjamin makan, tidur, dan mandi saya tanpa menuntut
apa pun. Tuan rumah tak pernah menyuruh saya kerja apapun walau hanya menyapu
lantai. Saya benar-benar bebas. Kebiasaan bersedekah benar-benar membuat
kehidupan saya semakin berkah.
Semakin hari,
semakin saya yakin keajaiban berinfak. Maka saya tekan keras hati saya agar
lebih murah berinfak. Saya sisihkan sebagian uang untuk memberi, memberi kepada
anak yatim, membelikan mereka makanan, dibelanjakan fasilitas belajar anak-anak
ngaji, dan membagi-bagikan uang kepada mereka.
Suatu hari terjadi
bencana besar di Jogjakarta. Gempa bumi yang meluluhlantakkan bangunan-bangunan
di sana dan melukai orang-orang. Kemudian orang-orang menggalang dana, dan saya
dipinta uang oleh mereka sepuluh ribu. Berat rasanya saya memberi, namun segera
saya sadar. Saya ingatkan diri saya, bahwa, INI KESEMPATAN. Rasa berat ini
menunjukkan besarnya pahala. Dan, orang yang datang kepadaku mengumpulkan
sedekah, dia pasti utusan Alloh kepada saya, karena Alloh ingin memberikan
kebaikan pada saya.
Dan sebuah
keajaiban besar pun terjadi. Saya yang anak jalanan, tinggal di rumah orang,
dengan penghasilan tak tetap dan masa depan kurang jelas, tiba-tiba dimudahkan
menikah. Alloh menolong saya dengan kasih sayang-Nya. Seorang lelaki baik hati
butuh pengurus untuk pesantrennya, maka dia menikahkan saya dengan sepupunya.
Perempuan yang dinikahkan kepada saya itu seorang muslimah baik hati, punya
orang tua baik hati, dan para kerabat baik hati pula. Mereka tanggung biaya
nikah saya, mereka bangunkan untuk saya sebuah rumah lengkap dengan segala
peralatannya, plus sebuah warung kecil tempat kami mencari nafkah.
Kini mantaplah
sudah keyakinan ini, bisnis memberi memudahkan saya menggapai nikah. Jika saya
ingin menikah yang kedua kalinya, tepatkan kutempuh dengan jalan sedekah?
Hahaha. Ssstt, jangan ribut ya!!!
Tapi, tapi tunggu!
Sepertinya saya mendengar teriakan istri saya :”Kalau Kamu ingin menikah,
silahkan saja, degan satu syarat. Ceraikan dulu aku!!!!”
Haha.
Begitulah Teman.
Jalanilah bisnis memberi, dan Anda dimudahkan menuju nikah.
Bagaimana dengan Anda?
Anda mau mencobanya? Cobalah, dan buktikanlah.
mf brapa lama sedekah di blas.sy sdah coba sedekah kok blum tampak tanda" itu.
ReplyDeletePermisi Numpang Promo
ReplyDeleteRefiza Souvenir menyediakan berbagai macam souvenir tasbih dan souvenir Buku Yasin. cek katalog kita di www.refiza.com
Di dasarilah dgn puasa wajib maupun sunah.
ReplyDeleteJadi tertarik untuk mengikuti jejak penulis
ReplyDeleteManjur
ReplyDelete