Thursday 7 March 2013

UNTUK DIRI KITA SENDIRI, LEBIH BAIK SEDERHANA SAJA




Terkisahlah seorang shalih bernama Nidzam al-Mahmudi. Ia tinggal disebuah gubuk kecil di perkampungan terpencil. Ia bersama istri dan anak-anaknya hidup dengan amat sederhana. Padaha semua tetangga di kampungnya tahu, kebun orang shalih ini luas berhektar-hektar, dan perusahaannya tersebar di beberapa kota besar. Dengan kekayaan yang dia kelola secara bijaksana, dia bisa menyekolahkan anak-anaknya. Dan bukan hanya itu, ia pun dapat membantu menghidupi ratusan keluarga miskin yang bekerja kepadanya. Tingkat kemakmuran para kuli dan pegawainya bahkan lebih tinggi ketimbang sang majikan. Namun, Nidzam al-Mahmudi merasa amat bahagia dan damai menikmati perjalanan usianya dengan hidup sederhana.
                Salah seorang anaknya suatu ketika bertanya,”mengapa Ayah tidak membangun ruamah yang besar dan indah? Bukankah Ayah mampu?”
                ‘’Ada beberapa sebab mengapa Ayah lebih suka menempati sebbuah gubuk kecil,’’ jawab Nidzam al-Mahmudi dengan penuh bijaksana.’’ Pertama,betapa pun besarnya rumah kita,tapi yang kita butuhkan teryata hanya tempat untuk duduk dan berbaring. Sehari-hari ia cuma mengurung diri sambil menikmati keindahan istananya.la terlepasdari masyarakatnya,dan ia uga  terlepas dari alam bebas yang indah ini.Akibatnya,ia kurang bersyukur kepada allah.’’
Anaknya yang dawasa itu membenarkan ucapan ayahnya dalam hati. Apalagi ketika sang ayah malanjuktkan alasannya. ’’Kedua, dengan menempati gubuk kecil, kalian akan tetapi menjadi cepat dewasa. Kalian ingin segera memisahkan diri dari orang tua,supaya dapat menghuni rumah yank lebih baik. Ketiga, kami dulu Cuma berdua, Ayah dan lbu. Kelak akan menjadi berdua lagi setelah anak-anak semua berumah tangga. Jika Ayah dan Ibu menempati rumah yagk besar, bukankah kelak kelengangan suasana akan lebih terasa dan menyiksa?’’
Belajar tentang kesederhanaan, tampaknya sangat layak jika Nidzam Al-Mahmudi kita jadikan teladan. Pandangan dan cinta kesederhanaan tidak akan membuat kita melarat, sebaliknya, sekarang para peneliti modern menemukan, justeru kesederhanaan adalah modal menggapai kesuksesan. Jim Collins dalam bukunya Good to Great, menyebutkan bahwa, kesederhanaan itulah sebenarnya kunci sukses mereka.
Ken Iverson, CEO dari Nucor, tetap tinggal di rumahnya yang sudah ditinggalinya bersama keluarganya selama bertahun-tahun, ia juga hanya memiliki satu garasi, sesuai dengan kebutuhan keluarganya. Colman Mockler, CEO dari Gillette, lebih sering menghabiskan liburannya di perternakannya di luar kota dari pada berkeliling dunia. Pada saat bersantai di rumah, ia juga lebih suka memakai pakaian seperti orang kebanyakan, yang dibeli di pasar swalayan, atau toko rakyat.
Harta baiknya lebih banyak kita berikan. Untuk diri kita sendiri, lebih baik sederhana saja, asal cukup kebutuhan.

No comments:

Post a Comment