Perhatikanlah
negeri ini. Negeri di mana kita berada, lihatlah perhatikanlah demikian
kayanya. Dan ini semua milik Alloh, yang jika Dia berkehendak, Dia Maha Kuasa
memberikannya kepada kita. Mengapa sampai Anda pusing mencari rezki, mengapa
Anda merasa kekurangan, mengapa sampai-sampai Anda menjalankan usaha haram, apa
tidak ada lagi yang halal?
Perhatikanlah
semua yang beranak dan yang diperanakkan. Pepohonan melahirkan bebijian yang
kemudian nantinya tumbuh lagi mengeluarkan bebeijian yang jumlahnya milyaran.
Juga binatang–binatang kecil yang melahirkan anaknya hingga milyaran, itu semua
Alloh yang memperbuatnya. Mengapa dia akan susah memberikan kita harta
melimpah.
Juga perhatikanlah
manusia tercipta dari susunan yang rumit, tetapi bagi Alloh tidaklah rumit dan
Dia telah menciptakannya dan menghidupkannya di dunia dan mengurusnya setiap
saat.
Kepada orang yang
merasa dirinya miskin, yang selalu merasa kekurangan harta, hingga
sampai-sampai begitu pelit memberi, hendaklah dia bertanya kepada dirinya,
apakah dia mengira tidak ada yang berkuasa atas dirinya. Apakah dia mengira
semua rizki yang dia nikmati kini hasil usahanya. Mengapa dia ragu berinfak,
menolong orang lain, apakah dia mengira rizkinya itu ada karena kekuatan
dirinya. Apa dia tidak tahu semua yang
dia dapatkan dan dia miliki sekarang itu sesungguhnya dari Alloh.
Orang yang telah
berinfak dengan uang beberapa rupiah saja berkata, aku telah mengeluarkan uang
yang banyak.
Lha sedikit saja
dianggap banyak, apa dia tidak tahu Dzat Yang Maha Kaya itu melihat, apa dia
tidak malu?
Seharusnya dia
jangan merasa miskin. Seharusnya dia sadar, bahwa Alloh telah menjadikan
untuknya dua mata, yang dengan mata itu dia bisa melihat segala kekayaan Alloh,
di semesta, di dirinya, yang dengan mata itu dia bisa membaca, menulis, dan
belajar sebanyak-banyaknya, meraih ilmu sebanyak-banyaknya lalu dengan ilmunya
meraih sebanyak-banyaknya rezki.
Seharusnya dia
sadar Alloh telah memberikan untuknya lidah dua bibir, yang dengan keduanya,
dia bisa mengajarkan orang lain bagaimana meraih kekayaan, yaitu dengan
berinfak, dengan lidah dan dua bibir itu dia bisa mengajarkan orng lain
ilmu-ilmu.
Dan Alloh telah memberikan untuknya
dua jalan.
Dalam terjemahan
Al-Qur’an, dua jalan ini adalah jalan kebajikan dan kejahatan, aku tak tahu,
Alloh Maha Tahu maksud yang sebenarnya.
Maka tidakkan sebaiknya (dengan
hartanya itu) dia menempuh jalan mendaki lagi sukar?
Tahukah Anda apakah jalan mendaki lagi
sukar itu?
Yaitu melepaskan budak dari
perbudakan.
Ketika membaca
surat Al-Balad ini, dan sampai pada ayat ini, saya merenung, apa yang bisa
kulakukan untuk memerdekakan hamba sahaya, sedangkan hamba sahaya di negeriku tidak
ada, hingga aku teringat, ternyata jika ditelusuri, banyak sekali hamba sahaya
itu. Antara lain orang yang terjerat kerja di tempat-tempat haram, dan dia
tidak rela dirinya kerja di sana. Mereka sebenarnya tengah diperhamba dalam
keterpaksaan. Seharusnyalah mereka kupikirkan, bagaimana caraya supaya mereka
keluar dari sana dan kuberikan pekerjaan yang halal yang menyenangkan bagi
mereka.
Alangkah sulitnya
itu. Pantas jika Alloh menyatakan itu sebagai jalan mendaki lagi sukar. Namun
ada lagi pilihan berikutnya, yaitu memberi makan pada hari kelaparan. Tapi
kapan hari kelaparan itu terjadu. Kukira esensinya adalah memberi makan orang
yang lapar, kapanpun itu terjadi.
Dan ada lagi, memberi anak yatim yang
ada hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir.
Aku harus
melakukan itu dan aku harus sanggup melakukannya, dan jika aku sanggup
melakukannya, minimal melakukan salah satunya, maka aku akan mendapatkan sebuah
keistimewaan seperti yang disebutkan Al-Qur’an :”Kemudian jadilah ia termasuk
orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan berpesan untuk
berkasih sayang.”
Nanti, jika aku
telah menjadi seorang yang dermawan, membelanjakan harta untuk orang-orang di
atas, misalnya anak yatim dan orang-orang yang sangat faqir, maka aku akan
menjelma menjadi orang seorang pembicara hebat yang menyeru kepada orang lain
supaya sabar, supaya bertahan, supaya selalu berpikir baik, supaya orang lain
bersemangat, supaya orang lain terus berjuang, supaya orang lain tidak cengeng,
merangsek terus menggapai cita-citanya, tidak pedulikan penderitaan duniawi,
menabrak segala rintangan, dan aku akan menjadi pembicara yang menyerukan kasih
sayang, perdamaian, cinta dan persaudaraan.
Begitu gampangnya
tangga untuk mencapai ke sana, hanya dengan memberi kepada orang-orang yang
kekurangan, kepada anak yatim dan orang-orang miskin.
Mereka itulah
golongan kanan. Golongan orang yang yakin kepada Alloh, orang-orang yang tidak
ragu menggapai kebaikan, walau pun di luar nalar, orang-orang yang sangat yakin
kepada Alloh.
Akan tetapi orang
yang kafir kepada ayat-ayat Alloh, tidak percaya bahwa dengan berinfak akan
menggapai kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat, mereka adalah golongan
kiri, yang jika berbuat baik, selalu banyak mikir, banyak pertimbangan hingga
akhirnya gagal dan tidak melakukannya.
Mereka berada
dalam neraka yang ditutup rapat, kehidupannya selalu panas, gelisah, takut,
tersiksa, dan terus-menerus terkurung dalam kehidupan seperti itu.
Mau pilih mana
terserah kita. sebagai orang berakal, tentunya kita memilih kehidupan terbaik.
No comments:
Post a Comment